Cari dengan kata kunci

Produksi Teater Koma Ke-142 Inspektur Jendral, Naskah Klasik Rusia Yang Ditampilkan Dengan Konsep Pewayangan

produksi-teater-koma-ke-142-inspektur-jendral-naskah-klasik-rusia-yang-ditampilkan-dengan-konsep-pewayangan.jpg

Produksi Teater Koma Ke-142 Inspektur Jendral, Naskah Klasik Rusia Yang Ditampilkan Dengan Konsep Pewayangan

Menyusul kesuksesan pagelaran Opera Ular Putih bulan April 2015 dan Sampek Engtay pada bulan Agustus yang lalu, Teater Koma yang didukung oleh Djarum Apresiasi Budaya mempersembahkan lakon terbarunya diatas panggung dengan judul Inspektur Jendral yang juga merupakan produksi ke-142.

Agenda Budaya

Menyusul kesuksesan pagelaran Opera Ular Putih bulan April 2015 dan Sampek Engtay pada bulan Agustus yang lalu, Teater Koma yang didukung oleh Djarum Apresiasi Budaya mempersembahkan lakon terbarunya diatas panggung dengan judul Inspektur Jendral yang juga merupakan produksi ke-142. Pentas ini digelar di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, mulai dari tanggal 6-15 November 2015.

“Teater Koma adalah salah satu teater yang hingga saat ini masih aktif memproduksi karya seni pertunjukan. Selama 38 tahun berkiprah, Teater Koma telah banyak melahirkan para seniman berbakat dan produktif mengembangkan seni pertunjukan Indonesia. Konsistensi yang dihadirkan oleh Teater Koma terbukti menginspirasi para seniman muda Indonesia untuk senantiasa berkarya dan berkreasi, menghasilkan ide-ide berkualitas yang membanggakan. Dedikasi para seniman berbakat ini patut kita terus dukung dan apresiasi sebagai bentuk upaya melestarikan seni pertunjukan Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Pementasan yang disadur dari naskah teater klasik Rusia berjudul Revizor karya Nikolai Gogol ini menceritakan tentang peperangan yang terjadi antara negeri Astina dan negeri Amarta. Akibat dari persiapan perang tersebut, ibukota Astinapura mengirimkan seorang Inspektur Jendral untuk menyelidiki kota kecil yang dipimpin walikota Ananta Bura. Tidak ada yang tahu apa yang akan Inspektur Jendral selidiki di sana. Kekhawatiran mencekam di antara Walikota dan pejabat lainnya di kota sebab mereka semua korup, mulai dari atasan sampai bawahan termasuk polisinya. Hal ini bisa berarti kiamat bagi mereka.

Desas-desus kedatangan Inspektur Jendral ini bersamaan dengan hadirnya seorang pemuda bernama Anta Hinimba yang tinggal di penginapan. Diakah tamu yang ditakuti itu? Para pejabat pun merundingkan berbagai cara untuk menghadapi sang Inspektur Jendral yang datang dari Pusat Kerajaan. Tidak ada cara lain, selain menyuap Inspektur Jendral. Tapi, apakah dia bisa disuap?

Yang unik di pertunjukan Teater Koma kali ini adalah meskipun Inspektur Jendral merupakan karya klasik dari negara Rusia, unsur Indonesia tetap ada dan kental untuk disaksikan oleh para penonton. Pementasan yang dipublikasikan pada tahun 1836 ini akan dibawakan dengan konsep pewayangan. Teater Koma juga kembali mengangkat isu sosial dan politik Indonesia dengan membawa perspektif berbeda ke panggung teater yang dikemas secara artistik dan menarik sehingga masyarakat terhibur dan juga teredukasi.

“Lakon Inspektur Jendral ini diadaptasi dari kisah klasik Rusia yang berjudul The Inspector General dan ini adalah pertama kalinya naskah tersebut dipentaskan oleh Teater Koma. Secara garis besar ceritanya tidak akan jauh berbeda, hanya tokoh-tokohnya akan dibawakan menjadi wayang sehingga masih menggambarkan kondisi Indonesia. Semoga dengan nonton teater ini, penonton dapat mengambil makna yang kaya akan pesan moral tersirat yang berusaha kami sampaikan dalam lakon ini,” tutur Nano Riantiarno, sang sutradara pementasan Inspektur Jendral.

Pementasan Inspektur Jendral ini menampilkan para aktor kawakan Teater Koma seperti Budi Ros, Ratna Riantiarno, Sari Madjid, Dorias Pribadi, Emmanuel Handoyo, Supartono JW dan Asmin Timbil. Hadir juga aksi kocak para panakawan wanita seperti Daisy Lantang, Ratna Ully, Angga Yasti dan Tuti Hartati, dikepalai oleh Rita Matu Mona. Tak ketinggalan juga sederet pemain lainnya seperti Bayu Darmawan Saleh, Sir Ilham Jambak, Yulius Buyung, Julung Ramadan, Dana Hassan dan Rangga Riantiarno.

Selain mendukung pertunjukan, Djarum Apresiasi Budaya juga berpartisipasi dalam program apresiasi seni pertunjukan Teater Koma, yaitu sebuah program yang bertujuan untuk mengajak 100 guru, mahasiswa, dan perwakilan pekerja seni teater di Jakarta untuk menonton pertunjukan Teater Koma. Program ini diharapkan memberikan ruang apresiasi bagi masyarakat terutama yang belum pernah menonton karya Teater Koma sebelumnya, sehingga mereka menemukan referensi mengenai sajian artistik serta konsep dramaturgi yang detil dari karya Teater Koma.

Dengan semakin maraknya kegiatan Budaya tentunya semakin meningkatkan rasa cintakepada Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya.Cinta Budaya, Cinta Indonesia.

Tagar:

This will close in 10 seconds