Cari dengan kata kunci

Candi_belahan_1290.jpg

Candi Belahan, Petirtaan Peninggalan Kerajaan Airlangga

Jawa Timur berada di penghujung musim kemarau ketika memasuki akhir Oktober 2014. Daun-daun meranggas, pepohonan kering meninggalkan ranting, sementara tanah retak lantaran lama tak tersentuh air. Sedikit gambaran tersebut menemani perjalanan tim Indonesia Kaya saat mencari situs terpenting peninggalan Kerajaan Airlangga

Pariwisata

Jawa Timur berada di penghujung musim kemarau ketika memasuki akhir Oktober 2014. Daun-daun meranggas, pepohonan kering meninggalkan ranting, sementara tanah retak lantaran lama tak tersentuh air. Sedikit gambaran tersebut menemani perjalanan tim Indonesia Kaya saat mencari situs terpenting peninggalan Kerajaan Airlangga yang bernama Candi Belahan atau masyarakat sekitar mengenalnya dengan nama Sumber Tetek.

Candi Belahan terletak di suatu desa terpencil di Pasuruan. Secara administrasi, candi bersejarah ini masuk dalam kawasan Desa Wonosuryo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Mengingat lokasinya yang berada di lereng Gunung Penanggungan, perjalanan menuju Candi Belahan tidaklah mudah, karena harus melewati jalan desa yang rusak, berliku, dan terjal.

Menurut catatan sejarah masa kedinastian di Indonesia, Candi Belahan merupakan bangunan cagar budaya peninggalan Kerajaan Airlangga yang termasyur di Jawa Timur. Candi ini dibangun sebagai petirtaan, tempat pertapaan Prabu Airlangga beserta kedua permaisurinya, yaitu Dewi Laksmi dan Dewi Sri.

Awalnya pada Candi Belahan terdapat arca yang diyakini sebagai arca Prabu Airlangga yang berwujud Dewa Wisnu dengan empat tangan, yaitu tangan kiri bagian belakang memegang sangka, sedangkan tangan kanan belakang menggenggam cakra, semacam senjata berupa roda bergerigi yang dapat mengakhiri segala kehidupan. Sementara kedua tangan yang lain membentuk sifat mudra, tulus bersemedi. Namun arca tersebut telah lama runtuh, dan hanya meninggalkan relungnya saja.

Tepat di bawah arca Prabu Airlangga terdapat dua arca unik yang menggambarkan dua permaisuri, Dewi Laksmi dan Dewi Sri. Keunikan kedua arca tersebut terletak pada sumber mata air yang keluar dari payudara. Mata air dari payudara ini merupakan simbol amarta, air yang dipercaya mampu memberikan kekuatan, penyembuhan, dan bagi yang meminum airnya, dapat memberikan khasiat awet muda. Meski Jawa Timur dilanda musim kemarau berkepanjangan, air dari petirtaan Candi Belahan tetap mengalir dan jatuh ke kolam berukuran 4×10 meter yang berada tepat di bawahnya.

Candi Belahan merupakan salah satu peninggalan masa kedinastian di Indonesia yang merepresentasikan tingginya nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat nusantara. Kekayaan ini sudah sepatutnya dijaga dan dilestarikan, sebagai aset yang tak ternilai harganya. Dibuka setiap hari, situs bersejarah Candi Belahan kerap dikunjungi oleh mahasiswa dan peneliti asing yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai Kerajaan Airlangga, salah satu kerajaan besar Jawa Timur yang harus terpecah menjadi dua bagian karena perebutan kekuasaan. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds