Cari dengan kata kunci

kete_kesu_1200.jpg

Eksotika Kubur Batu Tana Toraja di Desa Adat Kete Kesu

Memasuki wilayah kubur batu nampak jelas pemandangan yang eksotis, di setiap sudut terdapat jenazah-jenazah yang disemayamkan.

Pariwisata

Ke arah utara dari Sulawesi Selatan, berjarak sekitar 5 km dari kota Rantepao, tepatnya di Desa Tikunna Malenong, kecamatan Sanggalangi terdapat sebuah komunitas adat Toraja bernama Kete Kesu. Dari kejauhan nampak jelas desa tersebut berada di lembah pegunungan, terlihat bangunan-bangunan tongkonan dengan atap yang mirip tanduk kerbau yang didominasi oleh warna merah.

Di komunitas adat Kete Kesu terdapat sekitar 12 tongkonan, di depannya terdapat tongkonan yang lebih besar, tongkonan tersebut langsung menghadap ke arah pegunungan. Dalam kepercayaan masyarakat Toraja ada anggapan bahwa arah utara melambangkan sebuah kehidupan, sedangkan sisi selatan merupakan bagian yang dianggap sebagai tempat bagi mereka yang meninggal dunia. Tongkonan besar yang menghadap ke pegunungan di bagian utara kawasan Kete Kesu membuktikan bahwa masyarakat adat Toraja masih mempercayai anggapan tersebut.

Sementara berjalan sekitar 1 km ke arah selatan dari pusat tongkonan Kete Kesu terdapat pemakaman kubur batu. Pemakaman tersebut hanya digunakan bagi puan dan tuan yang memang sanggup untuk melaksanakan upacara Rambu Solo. Upacara Rambu Solo merupakan upacara adat kematian yang bertujuan untuk menyempurnakan arwah agar sampai di nirwana atau alam roh yang disebut puya. Untuk mengadakan upacara tersebut harus memotong beberapa ekor kerbau yang harganya sangat mahal, oleh karena itulah hanya orang-orang tertentu yang sanggup untuk melakukan upacara adat tersebut.

Memasuki wilayah kubur batu nampak jelas pemandangan yang eksotis, di setiap sudut terdapat jenazah-jenazah yang disemayamkan. Jenazah-jenazah tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu jenazah To Maluka dan jenazah To Mate. Jenazah To Maluka merupakan jenazah yang sengaja di semayamkan dan disimpan namun masih dianggap sebagai orang yang sakit, sedang jenazah To Mate merupakan jenazah dalam proses menuju upacara Rambu Solo.

Jauh sebelum kedatangan agama Islam dan Kristen, di Tana Toraja sudah ada sebuah kepercayaan yang disebut dengan Aluk Tadolo atau Alukta. Alukta sendiri sebenarnya tidak mengatur secara terperinci mengenai penyimpanan jenazah, jenazah yang disimpan menurut Alukta adalah jenazah yang sedang dalam proses To Mate. Lamanya penyimpanan jenazah sekitar 36 malam yang diperuntukkan bagi keluarga keturunan bangsawan. Namun berdasarkan perkembangannya, jenazah yang disimpan juga diberi anggapan sebagai To Maluka, hanyalah orang yang sakit.

Perlakuan terhadap jenazah tersebut akan terus dilakukan hingga keluarga yang ditinggalkan mampu untuk mengadakan upacara pengantar jenazah menuju puya. Oleh karena itulah, di setiap kubur batu selalu terlihat adanya sesaji berupa botol minuman, pakaian, benda kesayangan, hingga rokok. Hal itu sesuai dengan anggapan bahwa jenazah hanyalah orang yang sakit, belum menuju ke alam roh.

Berkunjung ke desa adat Kete Kesu lebih menarik jika ditemani dengan pendamping, karena selain mengurangi resiko tersesat, pengunjung juga bisa bertanya tentang berbagai hal mengenai tradisi kubur batu. Tradisi kubur batu merupakan salah satu kekayaan kebudayaan nusantara warisan nenek moyang, semoga dari kunjungan ini kita juga bisa merevitalisasi kembali rasa cinta kita terhadap kekayaan tradisi dan kebudayaan nusantara yang tak ada tandingannya.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds