Cari dengan kata kunci

tenun_songket_1200.jpg

Tenun Pandai Sikek, Kemewahan Dalam Sepotong Kain

Kain tenun songket bersulam emas dari Minangkabau menjadi pusaka dan penanda status sosial.

Kesenian

KERAJINAN tenun songket merupakan salah satu produk tekstil tradisional yang dapat ditemukan di banyak daerah di Indonesia. Masing-masing daerah memiliki ciri dalam teknik pembuatan dan motif. Ciri ini menjadi identitas budaya dari masing-masing sentra kerajinan tenun songket. Salah satu sentra produksi tenun songket di Minangkabau yang dikenal dengan kekhasan motifnya adalah Pandai Sikek.

Pandai Sikek adalah salah satu nagari di Kecamatan Sepuluh Koto, Tanah Datar, Sumatra Barat. Sejak lama nagari ini dikenal dengan kerajinan kain tenun songket yang indah dan mewah. Konon, di masa lalu pembuatannya menggunakan benang emas. Tak heran jika tenun songket menjadi simbol kemewahan dan status sosial.

Produksi tenun mulai berkembang di Pandai Sikek sekira tahun 1850 atau bahkan lebih awal. Saat itu para penenun beralih dari memproduksi kain untuk pakaian sehari-hari ke kain mahal yang dibuat dari sutera dan benang emas. Usaha ini dikelola oleh para saudagar dengan mempekerjakan gadis-gadis setempat sebagai penenun. Maka, Pandai Sikek pun tumbuh sebagai pusat kerajinan tenun songket di Minangkabau.

Tradisi menenun diwariskan secara turun-temurun. Konon, ada aturan khusus bahwa pewarisan hanya boleh dilakukan dalam satu garis keturunan. Jika dilanggar, hidup mereka akan sengsara. Aturan ini membuat tradisi menenun di Pandai Sikek tetap terjaga. Apalagi menenun adalah keahlian yang harus dimiliki kaum perempuan di Pandai Sisek. Tapi zaman sudah berubah. Kini, keahlian menenun bisa dipelajari di sanggar-sangar di Pandai Sikek.

Kain tenun songket Pandai Sikek dibuat serba manual dan tradisional. Lamanya proses pembuatan tergantung dari ukuran, jenis dan kehalusan kain, dan kerumitan motifnya.

Ada dua jenis kain tenun songket yang dihasilkan para perajin Pandai Sikek, yakni kain songket balapak dan kain songket batabua (bertabur). Pada kain songket balapak atau juga disebut kain tenun sarek, hiasan motif dari benang emas atau perak memenuhi seluruh bidang permukaan kain. Sementara pada kain songket batabua (bertabur) atau biasa disebut kain songket babintang (berbintang), hiasan motif tersebar pada bagian tertentu saja.

Tak ada aturan khusus mengenai jenis kain songket yang digunakan. Tapi biasanya orang kaya atau golongan bangsawan memilih kain songket balapak dengan teknik (tuhuak) dua agar benang emas pada ragam hias terlihat padat dan rapat. Sementara rakyat biasa memilih kain tenun songket balapak dengan teknik empat dan enam agar warna kuning keemasan pada ragam hias tak terlalu dominan.

Kain tenun songket Pandai Sikek memiliki banyak motif. Beberapa motif yang khas seperti saik kalamai, buah palo, barantai putiah, tampuak manggih, salapah, dan simasam.

Kendati demikian, ada tiga jenis motif yang wajib ada dan menjadi ciri khas kain tenun songket Pandai Sikek: batang pinang (pohon pinang), bijo bayam (biji bayam), dan saluak laka. Jika selembar kain tenun songket tidak memiliki ketiga motif tersebut, ia dianggap bukan hasil karya para perajin Pandai Sikek. Sementara warna dasar yang dipakai umumnya merah dan hitam, dengan warna ragam hias kuning keemasan.

Hasil kerajinan tenun songket Pandai Sikek tidak hanya terbatas pada beragam pakaian seperti baju kurung dan destar, tapi juga berbagai kelengkapan upacara adat dan perkawinan seperti kodek songket, saruang balapak, saruang batabua, selendang songket atau selendang batabua tingkuluak tanduak (tutup kepala perempuan), dan sisampiang (salempang yang biasa digunakan penghulu).

Kain tenun songket Pandai Sikek mempunyai ciri khas, baik pada pemakaian benang emas dan perak, motif, maupun penggarapannya yang halus. Kekhasan ini mengantarkannya sebagai kain songket terbaik. Bahkan karena keindahan dan kemewahannya, ia dianggap sebagai “ratu kain songket”. Eksistensi dan kekayaan tradisi tenun songket dari Pandai Sikek diabadikan sebagai gambar pada mata uang pecahan Rp5.000.

Saat ini, nilai estetika menjadi unsur paling menonjol yang penentu kualitas dari suatu tenun songket. Kala benang emas sintetik telah menggantikan benang dari emas murni, tingkat kerumitan dan keunikan ornamental dari setiap kainlah yang menentukan tinggi-rendah harganya di pasaran. Hal ini menjadi keunggulan tenun songket Pandai Sikek dibandingkan daerah lainnya di Sumatra Barat. *

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Sejarah dan Nilai Songket Pandai Sikek. Artikel Silvia Devi terbit di Jurnal Ilmu Sosial Mamangan Volume 2 tahun 2015.Inventarisasi Tenun Tradisional Songket Palembang karya Ernatip

This will close in 10 seconds