Ibu-ibu di Jambi, khususnya di beberapa kabupaten seperti Kabupaten Bungo, Kerinci, Tebo, dan Kabupaten Sarko, memiliki satu penutup kepala yang dipakai saat upacara adat. Penutup kepala ini bernama kuluk beselang mertuo.
Pemakaian kuluk ini biasa dilengkapi dengan baju kebaya songket, sarung songket, kalung tapak kudo bungo matahari, gelang pilin, dan kerabu bungo matohari.
Kuluk biasa dipakai pada saat upacara adat.
Penggunaan kalung tapak kudo bungo matahari ini bermakna “Dalam membina keluarga dan pergaulan di masyarakat, apa pun yang dilakukan oleh wanita yang telah terikat, tidak boleh menyimpang dari aturan dan ajaran agama Islam.”
Aslinya, kalung tapak kudo bungo terbuat dari emas dan diproduksi dengan teknik filigri dan granulir. Motif tapak kudo dikelilingi permata dan dikombinasikan dengan hiasan bunga melati.
Kuluk beselang mertuo beserta perlengkapannya memiliki makna filosofis yang mendala.
Sementara itu, selendang songket warna merah berlambang keberanian dalam berbicara. Selendang ini terbuat dari benang katun warna merah ataupun hitam.
Tutup kepala kuluk beselang mertuo beserta perlengkapan pakaiannya mencerminkan sebuah demokrasi yang luas namun tetap berada dalam ranah nilai-nilai luhur budaya tradisional.