Cari dengan kata kunci

Melihat_Situs_Waruga_di_Minahasa_Utara.jpg

Menengok Masa Lalu Minahasa Melalui Situs Waruga Sawangan

Makam leluhur suku Minahasa, situs Waruga Sawangan, saksi bisu peradaban masyarakat Minahasa zaman Megalitikum yang kini menjadi destinasi wisata sejarah dan budaya.

Pariwisata

Situs Waruga Sawangan Minahasa adalah salah satu kompleks pemakaman tradisional yang terletak di Desa Sawangan, Minahasa, Sulawesi Utara. Situs ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi serta merupakan warisan berharga dari suku Minahasa.

Seperti suku Toraja yang terkenal dengan tradisi pemakamannya yang khas, suku Minahasa juga memiliki tradisi yang serupa. Tradisi masyarakat Minahasa disebut waruga. Dan salah satu waruga yang bernilai sejarah adalah waruga Sawangan dari suku Minahasa, Sulawesi Utara.

Sejarah Waruga suku Minahasa

Waruga berasal dari dua kata “waru” yang berarti “rumah” dan “ruga” yang berarti “badan”. Jadi secara harfiah, waruga berarti “rumah atau tempat badan yang akan kembali ke surga”. Jenazah yang dimasukkan ke dalam waruga dibuat dengan posisi tumit bersentuhan dengan bokong, dan mulut seolah mencium lutut. Posisi ini persis seperti posisi bayi dalam rahim.

Waruga berasal dari dua kata “waru” yang berarti “rumah” dan “ruga” yang berarti “badan”.

Filosofi posisi ini bagi masyarakat Minahasa adalah manusia mengawali kehidupan dengan posisi bayi dalam rahim. Maka itu, manusia juga kembali ke posisi yang sama ketika mengakhiri hidupnya.  Dalam bahasa setempat, filosofi ini dikenal dengan istilah “whom”.  Tidak hanya itu, jenazah juga ditempatkan dalam posisi menghadap ke arah utara yang menunjukkan nenek moyang suku Minahasa yang berasal dari utara.

Zaman itu, hanya orang-orang yang mempunyai kelas sosial cukup tinggi yang dikubur dalam waruga. Hal itu ditandai lewat ukiran yang ada di penutupnya. Contohnya, motif wanita bersalin menunjukkan yang dikubur adalah dukun beranak, gambar binatang menunjukkan yang dikubur dalam waruga adalah seorang pemburu, atau juga ukiran bergambar beberapa orang menunjukkan yang dikubur adalah satu keluarga.

Jejak zaman Megalitikum ini, sekarang, bisa ditemui di Taman Purbakala Waruga Sawangan. Taman yang berlokasi di Kabupaten Minahasa Utara ini kini menjadi destinasi wisata sejarah favorit para pelancong baik dalam maupun luar negeri.

Komplek Situs Waruga Sawangan dan Seisinya

Waruga Sawangan Minahasa terdiri dari ratusan waruga yang tersebar di area pemakaman. Waruga-waruga ini terbuat dari batu dengan bentuk peti mati persegi panjang. Setiap waruga adalah makam individu yang digunakan oleh suku Minahasa pada masa lalu. Struktur batu ini memiliki penutup atas yang dihiasi dengan ukiran rumit. Ukiran ini mencerminkan keahlian seni dan keterampilan yang tinggi para leluhur.

Setiap waruga adalah makam individu yang digunakan oleh suku Minahasa pada masa lalu.

Jumlah waruga di Sawangan terdapat sebanyak 143 buah dalam berbagai ukuran yang dikelompokkan berdasarkan ukurannya. Waruga berukuran kecil dengan tinggi antara 0-100 cm berjumlah 10 buah. Waruga berukuran sedang dengan tinggi antara 101-150 cm berjumlah 52 buah. Waruga berukuran besar dengan tinggi antara 151-250 cm berjumlah 81 buah.

Ditinjau dari jumlah yang cukup banyak dan bentuk-bentuk maupun hiasan waruga yang indah, diperkirakan jumlah penduduk di lokasi ini pada masa yang lalu juga memang cukup banyak dan juga memiliki tingkat ekonomi yang cukup baik. Kemungkinan, Desa Sawangan pada masa lalu merupakan desa yang cukup besar dan ramai, dengan masyarakat yang berpenghasilan cukup tinggi. Kehidupan masyarakat cukup makmur dengan lingkungan alam yang mendukung.

Sebelum masuk ke kawasan makam, kita juga bisa melihat relief proses pembuatan waruga mulai dari proses memahat batu hingga pemasukan jenazah yang menyambut di sisi kiri dan kanan pagar pembatas. Juga tradisi bertani masyarakat Minahasa zaman dulu.

Pada lahan penduduk terdapat berbagai jenis tanaman antara lain: pohon mangga, durian, manggis, langsat, cengkih dan lain-lain. Penduduk desa ini cukup padat, karena hampir semua lahan di sekitar kompleks waruga ini masih ada yang kosong yang dapat dipakai untuk zona penyangga dan pengembangan.

Udara di daerah ini cukup sejuk dengan curah hujan yang cukup tinggi, serta persediaan air sangat banyak. Tanahnya subur, sehingga berbagai macam tanaman produktif dapat tumbuh di tempat ini.

Selain sebagai tempat pemakaman, Waruga Sawangan juga memiliki nilai ritual dan religius yang penting bagi suku Minahasa. Mereka meyakini bahwa leluhur mereka tetap berhubungan dengan dunia roh dan memperoleh kekuatan serta perlindungan dari mereka.

Taman Purbakala Waruga Sawangan menjadi saksi bisu dari sejarah dan kehidupan masyarakat Minahasa pada masa lalu. Keberadaannya, yang masih ada sampai saat ini, memberikan wawasan tentang tradisi pemakaman, kepercayaan, dan kehidupan sosial budaya suku Minahasa yang kaya.

Letak Situs Waruga Sawangan dan Cara Menjangkaunya

Taman Purbakala Waruga Sawangan kini menjadi destinasi wisata budaya yang menarik bagi pengunjung yang tertarik dengan sejarah dan kebudayaan suku Minahasa. Kondisinya saat ini telah tertata dan terkonsentrasi di dalam satu kompleks. Pengunjung dapat menjelajahi kompleks pemakaman untuk mengamati sejarah atau sekadar menikmati suasana situs yang jauh dari keramaian.

Situs ini berada di belakang perumahan dan lahan penduduk. Waruga-waruga dalam kompleks ini terletak pada lahan yang berukuran 1.363 meter persegi. Selain itu, terdapat lahan sebagai zona penyangga, lahan kosong di belakang, dan jalan masuk ke kompleks. Secara keseluruhan, situs ini memiliki luas 7676 meter persegi. Di luar zona inti dan zona penyangga, terdapat lahan seluas 1.295 meter persegi yang berdiri rumah adat minahasa sebagai museum, aula, tempat parkir, 4 toilet umum dan taman.

Situs Waruga Sawangan terletak di Desa Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Indonesia. Sawangan adalah sebuah desa yang terletak sekitar 10 kilometer di sebelah barat Kota Manado, ibu kota Provinsi Sulawesi Utara.

Situs Waruga Sawangan terletak di Desa Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Indonesia.

Lokasinya dapat dijangkau dengan mengikuti jalan raya dari Manado menuju arah barat laut. Desa Sawangan dapat diakses melalui perjalanan darat yang memakan waktu sekitar 30-40 menit dari Kota Manado, tergantung dari lalu lintas dan kondisi jalan. Setibanya di Desa Sawangan, pengunjung dapat menjelajahi kompleks pemakaman dan menemukan berbagai waruga yang tersebar di sekitar area tersebut.

Pemugaran Situs Waruga Sawangan

Waruga merupakan salah-satu peninggalan penting di Nusantara sejak berabad-abad yang lalu. Keberadaan situs ini menarik perhatian banyak peneliti dari penjuru dunia. Waruga tercatat dalam tulisan C.T. Bertling dalam majalah Nederlandsch Indie, Oud En Nieuw No.XVI tahun 1931.

Waruga tercatat dalam tulisan C.T. Bertling dalam majalah Nederlandsch Indie, Oud En Nieuw No.XVI tahun 1931.

Sampai tahun 1976 waruga di Situs Sawangan ini masih dalam keadaan yang belum teratur seperti sekarang ini. Saat itu, Drs. Hadi Moeljono, yang waktu itu menjabat sebagai Kepala Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Sulawesi Selatan, mengadakan penelitian tentang waruga di Kabupaten Minahasa. Pada tahun 1977 kompleks waruga ini mengalami pemugaran oleh Kantor Suaka Sejarah dan Purbakala Ujung Pandang bersama dengan Bidang Muskala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara.

Dari hasil penelitiannya itu, pada tahun 1977 Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Sulawesi Selatan melakukan pemugaran terhadap kompleks waruga di Sawangan dan Airmadidi. Hasilnya, pada tahun 1978 komplek makam itu menjadi Taman Purbakala Waruga.

Oleh pemerintah, waruga ini juga dijadikan sebagai benda cagar budaya dan sekaligus sebagai obyek wisata budaya yang unik dan menarik. Peresmian kompleks makam Waruga Sawangan dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Dr. Daoed Joesoef, pada tanggal 23 Oktober 1978. Taman Purbakala Waruga dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: pemakaman, museum, dan bangunan tambahan.

Setelah pemugaran, situs Waruga Sawangan menjadi teratur, rapi, memiliki jalan setapak di dalam kompleks, serta diberi pagar keliling dari kawat berduri. Pada tahun 2006 Dinas Pariwisata Provinsi memberi pagar tembok batako mengelilingi kompleks waruga. Sebelum memasuki kompleks waruga, sebuah kompleks pemakaman. Pemakaman umum ini juga merupakan pemakaman yang cukup tua. Terbukti dengan adanya makam-makam yang berasal dari tahun seribu delapan ratusan. Namun oleh masyarakat desa ini, pemakaman tersebut masih digunakan sampai sekarang.

Setiap daerah di Indonesia selalu menawarkan beragam pesona. Termasuk tanah Minahasa yang ternyata memiliki situs bersejarah selain wisata lautnya yang sudah sering kita dengar. Jika kita berkesempatan menyambangi Sulawesi Utara, Taman Purbakala Waruga Sawangan patut Anda jadikan tujuan selain Danau Tondano atau Taman Nasional Laut Bunaken.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesiakaya

  • Indonesiakaya

  • valid news, indonesia.go.id, indonesiana,

This will close in 10 seconds