Cari dengan kata kunci

1222_thumb_Rumah_ini_menjadi_saksi_sejarah_perjuangan_Cut_Nyak_Dhien_dan_Teuku_Umar_melawan_Hindia_Belanda.jpg

Mengenang Semangat Juang Cut Nyak Dhien

Rumah ini tersimpan kisah mengenai kegigihan Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar dalam melakukan perlawanan melawan tentara Hindia Belanda.

Pariwisata

Bagi Anda yang menyukai sejarah, Rumah Cut Nyak Dhien di Aceh mungkin bisa menjadi salah satu rekomendasi untuk Anda datangi. Rumah bersejarah ini bisa menambah referensi wawasan wisata sejarah Anda di Aceh. Terletak kurang lebih setengah perjalanan dari Aceh ke kawasan Lampuuk, tempat ini bisa kita kunjungi sambil melintasi wilayah yang terkenal dengan pantainya yang indah.

Rumah bersejarah ini memang menyimpan banyak kisah mengenai kegigihan Cut Nyak Dhien dan suaminya Teuku Umar dalam melakukan perlawanan melawan tentara Hindia Belanda. Rapat-rapat rahasia antara Teuku Umar dan para pejuang Aceh lainnya sering kali dilakukan di rumah ini. Termasuk ketika Teuku Umar dan para panglimanya berdebat keras sebelum memutuskan berbalik kembali melawan Belanda pada tanggal 30 Maret 1896. Saat itu, Teuku Umar membawa seluruh pasukan di bawah komandonya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi dan uang $ 18.000.

Rumah yang kini berdiri di Jl. Cut Nyak Dhien, Desa Lampisang, Peukan Bada, Aceh Besar, ini bukanlah rumah milik Cut Nyak Dhien yang sebenarnya. Rumah panggung tersebut merupakan hasil rekonstruksi dari bangunan yang aslinya. Rumah Cut Nyak Dhien yang asli telah hangus dibakar Belanda pada tahun 1896. Hal ini dilakukan Belanda setelah Teuku Umar, berbalik arah melawan Belanda dengan membawa banyak logistik dan pasukan. Rumah replika ini dibangun kembali antara tahun 1981-1982 sebagai pusat data sejarah mengenai perjuangan Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar.

Meski hanya replikanya saja, rumah replika ini masih dipertahankan sesuai bentuk aslinya. Melalui selasar depan rumah panggung, ke sebelah kanan kita akan memasuki serambi depan. Di sini terpajang foto-foto dokumentasi seputar pendudukan Aceh oleh Belanda dan tokoh-tokoh penting yang terlibat didalamnya.

Melalui sebuah lorong, kita akan sampai ke serambi belakang. Sama seperti serambi depan, ruang ini juga berisi foto-foto dokumentasi masa-masa perjuangan rakyat Aceh melawan penjajahan. Selanjutnya kita memasuki ruangan makan dan dapur dimana terpajang beberapa jenis replika senjata yang digunakan para pejuang. Disisi kiri rumah, terdapat kamar tidur Cut Nyak Dhien dan ruang Tamu yang menjadi tempat dimana para pejuang biasa membicarakan siasat mereka.

Selain itu, di sekitar komplek rumah ini juga berderet sejumlah toko oleh-oleh khas Aceh. Kita bisa mampir dan membeli buah tangan khas provinsi yang terkenal dengan kopi ini. Harga di sentra oleh-oleh ini pun relatif lebih murah dibandingkan dengan di Banda Aceh.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds