Cari dengan kata kunci

coverpatungkaryapetrus.jpg

Menyaksikan dari Dekat Patung-Patung Karya Petrus Lengkong

Patung-patung yang dipahat berdasarkan cerita-cerita kehidupan leluhur masyarakat Dayak Bekati, Gunung Bawakng, Kabupaten Bengkayang.

Kesenian

Patung bagi masyarakat di Kalimantan tidak hanya sebuah benda ukiran yang tanpa arti. Patung bagi masyarakat Kalimantan terutama Kalimantan Barat memiliki ikatan kuat dengan nenek moyang yang kadang dibuat dengan sejumlah ritual tertentu. Bahkan beberapa patung ada yang disakralkan karena menggambarkan kehidupan leluhur mereka.

Banyak patung hasil karya Petrus memiliki karakter yang melambangkan nilai-nilai kehidupan manusia.

Salah satu seniman patung yang ada di Kalimantan Barat adalah Petrus Lengkong, yang setiap patung karyanya memiliki makna kisah kehidupan yang baik dari para leluhurnya. Banyak patung hasil karya Petrus memiliki karakter yang melambangkan nilai-nilai kehidupan manusia. Patung-patung ini dibuat dari kayu trambesi yang banyak didapatkan di sekitar Kabupaten Bengkayang dan Singkawang, daerah tempatnya bermukim.

Ketika tim IndonesiaKaya.com menyambangi rumah Petrus, kami disajikan sekitar 15 patung dengan berbagai ragam bentuk serta nilai estetika tertentu. Petrus sendiri tidak secara spesifik memberikan nama pada setiap patung hasil karyanya. Namun, dibalik itu ia justru memahat patung berdasarkan cerita-cerita kehidupan leluhur masyarakat Dayak Bekati, Gunung Bawakng, Kabupaten Bengkayang.

Satu persatu historis patung disebutkan seperti sosok patung seorang Dayak Bekati.

“Patung-patung tersebut memiliki historis,” ungkap Petrus membuka perbincangan. Satu persatu historis patung disebutkan seperti sosok patung seorang Dayak Bekati yang berladang, patung seorang yang memanen, serta patung seorang yang tertindas. Dalam kehidupan berkeluarga, patung-patung milik Petrus menggambarkan kehidupan harmonis anak dan istri dalam pelukan suami. Ada juga gambaran masyarakat yang bergotong royong, keteguhan hati seorang ibu yang memegang teguh adat istiadat hingga akhir jaman. Ada juga karyanya yang memiliki pesan terhadap kelestarian lingkungan yang digambarkan dalam patung masyarakat Dayak yang mencintai alam dan hewan.

Walaupun patung satu dan yang lain berbeda, namun ada bentuk tertentu yang muncul secara berulang. Misalnya patung leluhur ditampilkan dengan posisi duduk, baik bersila maupun jongkok dengan tangan berlipat atau diletakkan di lutut. Penampilan patung semacam ini, memberikan kesan seolah seorang leluhur sedang duduk di tengah keluarga keturunan mereka.

Atas prestasinya sebagai seniman pemahat patung, Petrus mendapatkan penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh.

Diantara patung-patung hasil karyanya, Petrus menyebutkan ada sebuah patung yang paling tua umurnya. Selain tua, patung tersebut disakralkan karena setiap malam ada roh yang masuk ke patung tersebut. Hingga saat ini, Petrus telah banyak menghasilkan karya patung, namun ia mengaku belum bisa dikumpulkan pada satu galeri. Keberadaan patung hasil karyanya masih dititipkan di Singkawang, Pontianak, dan di Taman Mini Indonesia Indah. ”Suatu saat jika sudah punya kesempatan dan dana yang cukup akan Saya kumpulkan pada satu galeri,” ungkap Petrus berharap.

Atas prestasinya sebagai seniman pemahat patung, Petrus mendapatkan penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Mohammad Nuh, disegmen seni ukir dan patung tradisional dayak tahun 2013. Petrus di usianya yang saat ini sudah menginjak 78 tahun masih tetap berkarya dan menularkan seni patung dan seni relief kepada generasi muda di sanggar yang dibangunnya. [AhmadSirojuddin/IndonesiaKaya]

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds