Cari dengan kata kunci

sulam_tumpar_1290.jpg

Mengenal Sulam Tumpar dari Kalimantan Timur

Kerajinan bordir tradisional suku Dayak Benuaq yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Tradisi

Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang bermacam-macam. Bagaimana tidak, negara kita terdiri dari sekitar 1.340 suku (menurut catatan BPS di tahun 2010). Bayangkan jika setiap suku hanya memiliki satu warisan budaya saja, kita sudah mencatatkan hampir 1.500 jenis kebudayaan yang berbeda. Di tengah semarak warisan budaya di Indonesia, hadir sebuah teknik sulaman yang memikat perhatian, Sulam Tumpar. Teknik ini berasal dari Provinsi Kalimantan Timur, khususnya Kabupaten Kutai Kartanegara. Sulam Tumpar merupakan kerajinan bordir tradisional suku Dayak Benuaq dan telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Sulam tumpar biasanya diaplikasikan pada bahan kain, khususnya kain tenun “ulap doyo.” Kain ini juga merupakan kain tradisional khas Kutai Barat yang materialnya diperoleh dari daun tumbuhan doyo, sejenis gulma (Curculigo latifolia). Sulam tumpar ini dibuat menggunakan peralatan utama jarum, benang dasar, dan benang sulam berwarna-warni, secara manual dengan tangan. Pada masa lalu benang yang digunakan dalam sulam tumpar terbuat dari serat nanas dan diwarnai dengan pewarna alami. Saat ini, sulaman ini dibuat dengan menggunakan berbagai jenis benang dan kain.

Kain tenun “ulap doyo” merupakan kain tradisional khas Kutai Barat yang materialnya diperoleh dari daun tumbuhan doyo, sejenis gulma (Curculigo latifolia).

Pembuatan dan Motif Sulam Tumpar

Langkah pertama pembuatan sulam tumpar dimulai dari benang dasar, yang disulam mengikuti garis pola yang sudah digambarkan sebelumnya di atas kain. Setelah seluruh garis pola tersulam, isi bagian tengah pola dengan benang sulam warna-warni.

Sulam tumpar dikenal dengan desain yang unik dan rumit. Desainnya sering kali terinspirasi dari alam dan cerita rakyat setempat. Motif-motif yang digunakan dalam sulam tumpar sangat beragam dan dapat bervariasi tergantung pada perajin dan tujuan sulaman tersebut. Beberapa motif merupakan warisan tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, sedangkan motif lainnya lebih modern dan dikembangkan belakangan ini.

Desainnya dapat berupa pola geometris sederhana hingga pola rumit yang menggambarkan hewan, tumbuhan, dan elemen-elemen alam lainnya. Beberapa motif khusus hanya ditemukan di daerah, kampung, kecamatan, atau suku tertentu. Sejumlah motif yang terkenal termasuk burung enggang, ayam hutan, anggrek hutan, dan ukiran khas Kalimantan Timur. Warna benang warna-warni mencerminkan spirit masyarakat Suku Dayak Benuaq.

Warna benang warna-warni mencerminkan spirit masyarakat Suku Dayak Benuaq.

Sampai kini terdapat sekitar 25 motif sulam tumpar di Kabupaten Kutai Barat, dan 10 di antaranya sudah memiliki sertifikat HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) yang dianugerahkan pada awal tahun 2023.

Motifnya yang kaya warna dan cenderung feminin, membuat sulam tumpar hanya kerap diaplikasikan pada busana wanita. Fakta ini melatarbelakangi sebuah penelitian oleh Departemen Desain Politeknik Negeri Samarinda untuk menemukan cara pengembangan motif sulam tumpar. Tujuan dari pengembangan motif baru ini adalah untuk merancang dan mengembangkan desain-desain baru yang dapat diterapkan pada semua produk kerajinan dan busana agar lebih bersifat uniseks.

Saat ini sulam tumpar dapat dilihat aplikasinya pada berbagai produk, termasuk pakaian, sarung bantal, sepatu, tas, bros, kalung, dan masker kain. Sulam tumpar juga sudah menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan dari kekayaan budaya Kalimantan Timur. Keistimewaannya yang masih terbuat dari tangan, membuatnya menjadi salah satu bentuk kerajinan tradisional yang memiliki penggemarnya sendiri.

Keistimewaannya yang masih terbuat dari tangan, membuatnya menjadi salah satu bentuk kerajinan tradisional yang memiliki penggemarnya sendiri.

Sulam tumpar juga menjadi sorotan ketika Pemerintah Kabupaten Kutai Barat 2 dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Kutai Barat meramaikan HUT Kabupaten Kutai Barat di Alun-alun Itho Sendawar pada 2018. Saat itu, terdapat 2.330 peserta yang seluruhnya adalah wanita, menyulam tumpar bersama-sama. Kejadian ini pun tercatatkan dalam rekor MURI.

Ada berbagai cara untuk mendapatkan sulam tumpar. Dengan kecanggihan teknologi sekarang, kita bahkan dapat membelinya secara daring di berbagai platform. Selain di tempat penjualan oleh-oleh kerajinan tradisional, kita juga dapat mengunjungi butik-butik tertentu yang menjual beragam aplikasi sulam tumpar ketika berkunjung ke Kalimantan Timur. Selain untuk nilai fungsionalnya, dengan membeli atau mengenakan kearifan lokal seperti sulam tumpar, sebagai warga Indonesia, kita sudah turut serta melestarikan warisan budaya Nusantara.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • DPRD Kalimantan Timur
    Bhayangkari
    Seputar Kaltim
    Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia Bank Indonesia
    IOP Science

This will close in 10 seconds