Cari dengan kata kunci

img_5525e-majikeun-pare-merupakan-ritual-puncak-dalam-tradisi-seren-taun-di-kampung-budaya-sindang-barang.jpg

Menyatukan Padi dalam Ritual Majikeun Pare

Salah satu kearifan lokal masyarakat Kampung Budaya Sindang Barang dalam usaha mengatur persediaan pangan mereka.

Tradisi

Masyarakat Sunda sejak dulu mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pola kehidupan agraris. Bahkan semua hal yang berkaitan dengan pertanian menjadi sesuatu yang sakral yang harus diawali dengan berbagai ritual. Sebagai salah satu usaha untuk mempertahankan nilai-nilai tradisi dari pola kehidupan agraris masyarakat Sunda, Kampung Budaya Sindang Barang Bogor tiap tahun mengadakan perhelatan akbar Seren Taun, yaitu tradisi yang dilakukan untuk menyambut panen raya.

Majikeun Pare adalah ritual puncak dari tradisi Seren Taun.

Menurut adat yang telah diwariskan oleh leluhur Kampung Budaya Sindang Barang dan juga tertulis di dalam pantun Bogor, ritual puncak dalam tradisi Seren Taun adalah ritual Majikeun Pare. Ritual ini ditandai dengan helaran dongdang, yaitu mengarak berbagai hasil bumi mulai dari Imah Bali menuju Alun-Alun Kampung Budaya Sindang Barang.

Hasil panen utama yang diarak dalam helaran dongdang adalah padi. Padi-padi tersebut digantungkan pada rengkong yang dibawa oleh para kokolot. Setelah arak-arakan sampai di Alun-Alun Kampung Budaya Sindang Barang, padi-padi ini kemudian dikumpulkan di depan leuit atau sebentuk rumah yang khusus digunakan sebagai lumbung padi. Para kokolot kemudian membentuk lingkaran, di tengahnya terdapat berbagai sesajian berupa satu buah kelapa hijau, sesisir pisang, kembang, tujuh jenis kue, dan tidak lupa bakaran kemenyan.

Seorang kokolot kemudian memimpin doa yang intinya mengucapkan syukur atas hasil panen yang berlimpah. Selain itu, tidak lupa mengharapkan berkah semoga tahun depan diberkahi dengan panen yang lebih baik. Setelah doa-doa diucapkan, barulah padi-padi yang menjadi hasil panen masyarakat Kampung Budaya Sindang Barang satu per satu digabungkan dan masukkan ke dalam leuit sebagai persediaan pangan untuk satu tahun ke depan. Prosesi menggabungkan padi inilah yang disebut dengan ritual Majikeun Pare ayah dan Pare Ambu.

Dalam Majikeun Pare, terselip nilai moral yang mengajarkan bahwa kepentingan bersama berada di atas kepentingan pribadi.

Majikeun Pare merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Kampung Budaya Sindang Barang dalam usaha mengatur persediaan pangan mereka. Sehingga panen padi bisa dirasakan oleh semua masyarakat dan kesejahteraan tidak hanya menjadi milik segolongan orang. Dalam Majikeun Pare terselip nilai moral yang luhur dan mengajarkan bahwa kepentingan bersama berada di atas kepentingan pribadi, sebuah nilai yang makin terkikis di tengah masyarakat yang makin individualis.

Setelah ritual Majikeun Pare dilakukan, berbagai dongdang berisi hasil panen lainnya menjadi rebutan masyarakat. Mereka percaya, dengan mendapatkan secuil hasil panen dalam parebut dongdang, maka mereka akan mendapakan berkah dari Tuhan.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds