Cari dengan kata kunci

es-doger-thumb.jpg

Kesegaran Es Doger dan Jalan Panjang Masuknya Es ke Indonesia

Hidangan es yang disukai banyak orang ini, erat kaitannya dengan sejarah masuknya es batu ke Nusantara.

Kuliner

Setelah menyantap bakso, sate kambing, atau siomai, kurang lengkap rasanya jika tidak mencuci mulut dengan es doger. Sajian dingin, legit, dan gurih ini, selalu menjadi makanan penutup favorit saat santap siang atau kondangan.

Es doger memang sudah bisa dijumpai di mana-mana, namun tak banyak orang yang tahu bahwa hidangan ini erat kaitannya dengan sejarah panjang es batu yang masuk ke Nusantara. Kombinasi es serut, santan, gula merah cair, dan beragam isian lezat, menjadikan es doger sebagai alternatif pencuci mulut yang cocok dinikmati di tengah teriknya cuaca tropis Indonesia.

Kudapan Bangsawan dan Bea Cukai

Terjadi kehebohan saat es pertama kali sampai di Pelabuhan Batavia, Indonesia, pada 1846. Kabar ini lantas membuat pihak bea cukai pelabuhan kerepotan menyiapkan peraturan terkait impor es batu.

Dalam buku Nusa Jawa Silang Budaya Jilid 2, Lombard menerangkan bahwa pada era 1800-an, kesegaran minuman dingin hanya menjadi anugerah bagi segelintir keluarga pilihan di antara para tuan-tuan Belanda yang tinggal di Meester (kini Jatinegara, Jakarta Timur) atau Weltevreden (sekarang Sawah Besar, Jakarta Pusat). Ketika itu, es batu dianggap sebagai suatu kemewahan yang dapat menambah kesempurnaan suasana saat menikmati bir.

Ketika itu, es batu dianggap sebagai suatu kemewahan yang dapat menambah kesempurnaan suasana saat menikmati bir.

Sementara itu, dalam buku Pariwisata di Hindia-Belanda (1891-1942), Achmad Sunjayadi menjelaskan bahwa Pemerintah Hindia Belanda mampu meraup keuntungan yang sangat besar dari bea cukai impor es, bersamaan dengan minuman alkohol dari Eropa.

Disimpan di dalam Kain Wol

Pada saat itu, semua orang membicarakan es batu yang dijuluki sebagai “gugusan kristal putih yang begitu transparan dan bahkan menyebabkan tangan kaku jika dipegang.” Tak lama, muncul pula iklan Roselie en Co yang menjual es tersebut dengan harga 10 sen setiap 500 gram.

Berbeda keadaannya dengan zaman sekarang, saat kulkas sudah menjadi elektronik wajib punya sehingga siapa saja bisa membuat es. Dahulu, es hanya dapat dinikmati kaum gedongan. Kedatangan es pada waktu itu juga dipandang sebagai kesempatan emas bagi para pengusaha, yang kemudian membuat beberapa restoran mulai menghadirkan beragam hidangan minuman dingin yang menyejukkan.

Sebuah perusahaan bernama Djakarta Firms Voute en Gherin misalnya, yang turut mengambil keuntungan dari “kehebohan” masyarakat terhadap es batu dengan cara menjual selimut wol yang dapat digunakan untuk menyimpan es. Agar tidak cepat menjadi air, es pada waktu itu harus disimpan rapat-rapat di dalam kain wol untuk memperlambat proses pencairan.

Agar tidak cepat menjadi air, es pada waktu itu harus disimpan rapat-rapat di dalam kain wol untuk memperlambat proses pencairan.

Pabrik Es yang “Mendinginkan” Nusantara

Satu dekade berlalu, pabrik es batu mulai didirikan di berbagai wilayah Nusantara. Salah satunya di Batavia, tempat berdirinya pabrik es Molenvliet (yang sekarang dikenal sebagai Jalan Gadjah Mada dan Jalan Hayam Wuruk) dan kawasan Petojo. Kebiasaan menyantap minuman dingin pun semakin meluas di tengah masyarakat.

Sementara itu, pada 1895, pengusaha Tionghoa bernama Kwa Wan Hong juga mendirikan pabrik es batu di Semarang. Lombard menjelaskan bahwa Hong adalah pelopor dari menjamurnya pabrik es di Indonesia. Pabrik es yang pertama kali didirikan di kota kelahirannya itu sukses besar pada masa itu.

Pada 1895, pengusaha Tionghoa bernama Kwa Wan Hong juga mendirikan pabrik es batu di Semarang dan pelopor dari menjamurnya pabrik es di Indonesia.

Setelah di Semarang, Hong mulai melebarkan sayap dengan mendirikan pabrik es di Tegal, Pekalongan, Surabaya, dan Batavia. Seiring peradaban dan kemampuan dagang orang-orang Tionghoa, pabrik es yang semula dimiliki Belanda juga banyak diakuisisi oleh saudagar Tionghoa.

Awal Mula Es Doger

Cukup banyak versi sejarah yang menyebutkan awal mula kemunculan sajian es doger. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kata “doger” berasal dari pertunjukkan doger. Dalam pertunjukkan ini, istilah doger merujuk kepada penari ronggeng perempuan yang berasal dari wilayah Dermasuci, Dermayon atau Indramayu, Subang, dan Cirebon. Karena sering dijual di acara tersebut, maka es ini dikenal dengan nama es doger.

Kenikmatan es doger pun kian menyebar ke banyak wilayah Pulau Jawa. Tak ketinggalan suku Betawi yang menyajikan es doger pada momen-momen khusus seperti hajatan pernikahan atau khitanan.

Ada pula sejarah lain yang menyebutkan bahwa doger merupakan akronim dari aktivitas “mendorong gerobak.” Dulu, para pedagang menjajakan es doger dengan cara dipikul. Cara berdagang seperti ini berlangsung cukup lama, hingga akhirnya terpikirkan ide untuk memanfaatkan gerobak dalam menjajakan es doger, seiring maraknya penggunaan sepeda dan gerobak pada saat itu. Gerobak tersebut didorong hingga memunculkan nama yang dikenal saat ini, yakni es doger, yang merupakan singkatan dari dorong gerobak.

Ada pula sejarah lain yang menyebutkan bahwa doger merupakan akronim dari aktivitas “mendorong gerobak.”

Komponen dalam Es Doger

Es doger terdiri dari beberapa bahan pokok seperti serutan es dan kelapa yang dicampur dengan sirup dan tape. Dalam perkembangannya, es doger diadaptasi oleh masyarakat Indonesia untuk menghasilkan rasa yang lebih kaya dan menggugah selera.

Penggunaan santan yang gurih kemudian ditambahkan untuk memberi sensasi kenyal dan lembut pada setiap suapan. Tak ketinggalan gula merah cair dengan aroma khasnya yang menjadi pemanis utama dari es doger.

Aneka hiasan seperti kolang-kaling, pacar cina, susu kental manis, dan bubur sumsum, juga ditambahkan untuk memberi variasi tekstur dan rasa dalam setiap sendok es doger. Kombinasi ini menghasilkan hidangan yang segar, manis, dan memanjakan lidah.

Menyajikan es doger untuk orang tersayang di rumah juga bukan perkara sulit. Cek resep es doger yang segar dan menggugah selera melalui pranala berikut.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Daftar Pustaka:

    Lombard, Denys (pengarang); Rahayu S. Hidayat (penerjemah); Winarsih Partaningrat Arifin (penerjemah); Nini Hidayati Yusuf (penerjemah). (1996; © 1990 Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales, Paris). Nusa Jawa: silang budaya kajian sejarah terpadu / Denys Lombard ; alih bahasa, Winarsih Partaningrat Arifin, Rahayu S. Hidayat, Nini Hidayati Yusuf. Jakarta :: PT Gramedia Pustaka Utama,.

    Sunjayadi, Achmad. (2019). Pariwisata di Hindia-Belanda 1891-1942.

This will close in 10 seconds