Cari dengan kata kunci

Tari_Gegerit_1200.jpg

Tari Gegerit, Kekuatan Kaum Perempuan dalam Tari Perjuangan

Dengan gerakan yang patah-patah, tarian gegerit dari Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan mencerminkan perjuangan perempuan daerah melawan penjajah.

Kesenian

Beragam tarian tradisional memiliki makna dan pesan tersendiri di dalamnya. Dari adat istiadat masyarakat lokal sampai kisah-kisah perjuangan bisa disampaikan lewat gerakan tari-tarian. Indonesia memiliki sejumlah tarian tradisional yang menyampaikan pesan tentang perjuangan dan kisah heroik masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan.

Di Pulau Sumatra saja ada beberapa tarian yang bertemakan perjuangan. Tari rantak dari Sumatra Barat menggambarkan semangat perjuangan masyarakat Minangkabau dalam melawan penjajah. Tari saman dari Aceh yang terkenal dengan gerakan yang cepat dan diiringi oleh nyanyian, menceritakan kisah kepahlawanan dan perjuangan masyarakat Aceh melawan penjajahan.

Ada pula tarian tradisional di Indonesia yang menggambarkan adegan perang, seperti tari perang dari daerah Nias. Tarian ini memperlihatkan gerakan dinamis yang merefleksikan semangat para pejuang dalam bertempur. Dari Sumatra Selatan, ada tari gegerit namanya.

Mengenal Tari Gegerit

Tarian gegerit merupakan tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan, Indonesia. Tarian ini, secara etimologis, diartikan sebagai lelah, capek, atau kaku. Oleh karena itu, gerakan dalam tarian ini cenderung patah-patah dan kaku, menampilkan gerakan setengah jongkok sambil memainkan sayap-sayap di bahu.

Tarian ini, secara etimologis, diartikan sebagai lelah, capek, atau kaku.

Tarian gegerit menggambarkan perjuangan kaum perempuan dalam menghadapi penjajahan. Dari sebuah penelitian mahasiswa Universitas PGRI Palembang, ada cerita bahwa di zaman kolonial Belanda dulu, para pejuang perempuan menyamar sebagai penari. Dan pada akhir tarian, para penari mengeluarkan kudok (senjata tajam tradisional Sumatra Selatan) untuk mematikan penjajah.

Pada koreografi tarian, gerakan yang kaku dan patah-patah merepresentasikan semangat perlawanan yang teguh meskipun dalam kondisi kelelahan atau tekanan. Sesuai dengan cerita sejarah yang ditarikan, para penari dalam tarian ini biasanya memegang kudok. Keberadaan kudok menunjukkan kesediaan mereka untuk melawan serta membela diri dari penindasan.

Ada aspek artistik yang unik dalam tarian gegerit, yakni gerakan setengah jongkok dari awal pementasan sambil memainkan sayap-sayap di bahu. Gerakan ini memberikan kesan yang kuat terkait perjuangan dan kekuatan perempuan dalam menghadapi berbagai tantangan. Gerakan ini pula yang menggambarkan ‘lelahnya’ tarian ini. Meskipun gerakannya kaku, namun hal tersebut mengandung kekuatan pesan bahwa kaum perempuan tetap gigih dan tegar dalam mempertahankan hak-hak serta martabat mereka.

Pementasan Tari Gegerit

Tarian ini biasanya dipentaskan oleh empat orang atau lebih. Para penari biasanya mengenakan baju berwarna merah senada dengan kain songket yang melilit untuk bagian bawah. Bagian kepala dihiasi aneka ornamen, seperti mahkota beserta beberapa tusuk kembang yang disematkan. Tak lupa kalung dan juga ikat pinggang berwarna emas yang semakin membuat tampilan kian tegas, megah, sekaligus meriah.

Para penari biasanya mengenakan baju berwarna merah senada dengan kain songket yang melilit untuk bagian bawah.

Sebagai tarian tradisional, pementasan tari gegerit diiringi oleh musik tradisional yang didominasi oleh alat musik pukul, seperti, kenong, dol, dan gendang. Irama yang dihasilkan dari perpaduan alat musik tersebut cenderung menghentak. Hal tersebut disesuaikan dengan gerak tarian yang kaku dan patah-patah.

Tari gegerit memiliki pesan yang dalam tentang semangat perlawanan, kegigihan, dan kekuatan perempuan dalam menghadapi penjajahan. Pesan moral dan semangat perjuangan dalam tarian ini masih relevan hingga saat ini, mengingat masih adanya berbagai tantangan yang membatasi peran perempuan dalam masyarakat.

Namun, keberadaan tari gegerit kini terancam punah karena jarangnya pertunjukan yang dilakukan. Hal ini turut menyoroti pentingnya menjaga warisan budaya. Kesenian ini bukan hanya sebuah tarian tradisional, tetapi juga cerminan sejarah dan perjuangan yang dapat menginspirasi generasi masa kini. Perlu ada upaya untuk mempertahankan dan mempromosikan kesenian ini agar tetap hidup dan terus menyampaikan pesan perlawanan serta kekuatan perempuan.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • cinta indonesia, lahat pos, inakoran, perpustakaan digital budaya indonesia

This will close in 10 seconds