Cari dengan kata kunci

makam-sultan-bungkul-1290.jpg

Bertandang ke Makam Sultan Bungkul di Surabaya

Siapa yang sangka di balik keramaian Taman Bungkul ternyata ada sebuah bangunan cagar budaya yang kerap luput dari perhatian, bangunan itu adalah Makam Sultan Bungkul. Sultan Bungkul merupakan orang berpengaruh di zamannya yang juga bangsawan dari Kerajaan Majapahit. Seperti yang diungkapkan penjaga makam, Sultan Bungkul mengembara dan meninggalkan nafsu duniawi untuk mencari kebahagiaan sejati. Untuk mewujudkan keinginannya, kemudian ia menetap di sebuah desa bernama Bungkul hingga akhir hayatnya.

Pariwisata

Siapa yang sangka di balik keramaian Taman Bungkul ternyata ada sebuah bangunan cagar budaya yang kerap luput dari perhatian, bangunan itu adalah Makam Sultan Bungkul. Sultan Bungkul merupakan orang berpengaruh di zamannya yang juga bangsawan dari Kerajaan Majapahit. Seperti yang diungkapkan penjaga makam, Sultan Bungkul mengembara dan meninggalkan nafsu duniawi untuk mencari kebahagiaan sejati. Untuk mewujudkan keinginannya, kemudian ia menetap di sebuah desa bernama Bungkul hingga akhir hayatnya.

Atas kebijaksanaan dan ilmu agama yang kuat, beberapa orang menganggap Sultan Bungkul merupakan sesepuh dari wali songo, sembilan wali yang turut menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Bahkan beliau mempunyai hubungan pertalian keluarga dengan beberapa wali, yaitu mertua dari Sunan Giri dan besanan dengan Sunan Ampel. Atas kharismanya tersebut, Mbah Bungkul diangkat menjadi Sultan dan dianggap pemimpin bagi masyarakat Desa Bungkul.

Di dalam kompleks Makam Sultan Bungkul sendiri terdapat beberapa bagian, bagian utama berisi Makam Sultan Bungkul yang bersanding dengan beberapa makam dari keturunannya. Sementara di bagian luar juga terdapat banyak makam. Menurut penjaga makam, di bagian luar merupakan makam yang diperuntukkan bagi para pengikut Sultan Bungkul.

Berlokasi di Jalan Progo, Surabaya, pada hari-hari tertentu, seperti malam Jumat sampai Minggu pagi, Makam Sultan Bungkul kerap didatangi para peziarah yang bahkan datang dari luar daerah. Dirto, salah seorang pengunjung mengungkapkan, dirinya datang sengaja dari Gersik untuk berziarah ke Makam Sultan Bungkul. “Saya berdoa kepada Allah, bukan kepada makam. Mengunjungi makam hanya bentuk penghormatan saja,” begitu tutur Dirto melanjutkan.

Setiap tahun di bulan Juni Makam Sultan Bungkul mengadakan haul wafatnya Sultan Bungkul. Dalam kegiatan tersebut digelar pengajian, ceramah, dan makan bersama sebagai ungkapan rasa syukur atas anugerah Tuhan. Makam Sultan Bungkul merupakan salah satu situs heritage dari begitu banyak situs lainnya yang dimiliki Indonesia. Kekayaan warisan budaya yang perlu dijaga dan dirawat, sebagai ciri bangsa yang besar dan bangsa yang tidak lupa dengan sejarahnya. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds