Cari dengan kata kunci

nasi_bakar_sumsum_1200.jpg

Lezatnya Nasi Bakar Sumsum Khas Serang

Kreasi nasi dan sumsum tulang khas Kota Serang ini sudah ada sejak tahun 1940-an. Tertarik mencoba?

Kuliner

Berbicara mengenai nasi, hampir di seluruh Nusantara mengenal penganan ini sebagai makanan pokok. Termasuk di Kota Serang, Banten. Di Serang, terdapat makanan yang berbahan utama nasi yang terkenal nikmat dan enak, yaitu nasi bakar sumsum. Awal mula nasi bakar sumsum menjadi makanan khas di Serang terjadi pada 1941. Saat itu, tukang potong hewan yang bekerja di daerah Serang melihat sisa-sisa tulang yang mubazir untuk dibiarkan. Tulang itu pun dibawa pulang.

Ternyata, tulang yang dibawanya menarik seorang pembeli untuk menggunakan tulang tersebut. Tulang itu pun dipecah-pecah untuk memudahkan penjualan. Pada bagian dalam tulang terdapat sumsum yang tidak terpakai sehingga dibuang oleh si tukang potong. Hal ini kemudian dimanfaatkan sang istri. Ia mempunyai ide untuk menggunakan sumsum tersebut untuk dicampur ke dalam nasi lalu dibakar.

Awal mula nasi bakar sumsum menjadi makanan khas di Serang terjadi pada 1941.

Nasi yang telah dicampur sumsum kemudian dibakar ini menjadi sajian makanan sehari-hari. Kebiasaan ini pun terdengar ke para tetangga yang tertarik untuk mencicipinya. Kejadian ini terus berlangsung, hingga sang istri harus melabeli nasi bakar sumsumnya dengan sebuah harga dan menjualnya ke Kota Serang menggunakan gerobak. Tanpa disangka, nasi bakar sumsum buatannya disukai masyarakat yang mencicipinya.

Nasi Bakar Puri adalah salah satu penjual nasi bakar yang asli dan masih bertahan di Kota Serang. Satu porsi nasi bakar akan disuguhkan 2 nasi bakar yang gurih. Kedai makanan ini sendiri terletak di Jalan T.B. Buang, Pasar Lama. Masih menggunakan daun pisang sebagai pembungkus nasi, Nasi Bakar Puri merupakan bagian sejarah yang tidak bisa dilepaskan dari kuliner khas Kota Serang. Rasanya yang gurih akan membuat lidah seperti dimanjakan dengan rasa khas dari sumsum tulang.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds