Cari dengan kata kunci

makam_tuanku_imam_bonjol_1290.jpg

Petilasan Tuanku Imam Bonjol di Tanah Pengasingan

Tuanku Imam Bonjol merupakan salah satu figur pribumi yang paling disegani pada masa pendudukan pemerintahan kolonial Belanda di Sumatera Barat.

Pariwisata

Pada pertengahan 1837, setelah beberapa kali terlibat peperangan, akhirnya pemerintah kolonial Belanda berhasil meringkus Imam Bonjol, yang kemudian mengasingkannya ke beberapa tempat terpencil di nusantara. Hingga pada 6 November 1864, Imam Bonjol wafat di pengasingan di tanah Minahasa, Sulawesi Utara.

Tuanku Imam Bonjol kemudian dimakamkan di Desa Lota, Pineleng, Minahasa, Sulawesi Utara. Untuk menghormati jasa-jasanya yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, Imam Bonjol diangkat menjadi salah satu pahlawan nasional Indonesia, dan makamnya dibangun sedemikian rupa sehingga masyarakat mampu mengenang dan menghayati perjuangan Imam Bonjol.

Makam Imam Bonjol dibangun dengan gaya arsitektur yang kental bernuansa Minang, yaitu pada atapnya yang berbentuk gonjong. Bangunan makam yang berada di tengah-tengah pemukiman warga  ini juga mengandung nuansa Islam. hal tersebut terlihat dari adanya kaligrafi ayat alquran yang ada di bagian tengah makam.

Di dalam makam yang berukuran sekitar 6×10 meter tersebut hanya terdapat makam Tuanku Imam Bonjol. Pada nisan makam tertulis; Tuanku Imam Bonjol wafat dalam pengasingan pemerintah kolonial Belanda karena berperang menentang penjajahan untuk kemerdekaan tanah air, bangsa, dan negara. pada dinding makam terdapat lukisan marmer yang menggambarkan Tuanku Imam Bonjol sedang mengendarai kuda dalam peperangan.

Tidak jauh dari lokasi makam, dengan menuruni beberapa anak tangga, pengunjung bisa menyaksikan sebuah mushola yang pernah digunakan oleh Tuanku Imam Bonjol untuk beribadah. Di dalam mushola tersebut terdapat batu besar yang menghadap kiblat, dari batu itulah Imam Bonjol menyepi dan mendekatkan diri kepada Tuhan dalam pengasingannya.

Ibu Ainun, salah satu keturunan Imam Bonjol yang juga bertanggung jawab sebagai penjaga makam, menceritakan, ketika diasingkan pemerintah kolonial Belanda ke Minahasa, Imam Bonjol membawa seorang pengawal. Pengawal Imam Bonjol kemudian menikah dengan gadis Minahasa yang telah memeluk Islam, dan mempunyai keturunan hingga sekarang.

Makam Tuanku Imam Bonjol kerap dikunjungi orang-orang dari berbagai kalangan. Biasanya mereka datang dari luar Minahasa yang ingin mencari tahu tentang Imam Bonjol dalam tataran sejarah nasional Indonesia. “Banyak orang datang kesini untuk penelitian dan belajar sejarah, selain ada juga yang hanya sekadar ingin berziarah,” tutur Ibu Ainun. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds