Cari dengan kata kunci

sinole1290.jpg

Sinole: Alternatif Hidangan Sagu dari Papua

Bicara tentang sagu dan Papua pasti yang terlintas di pikiran adalah Papeda. Tapi ada lho, hidangan pokok lain dari Papua berbahan sagu yang bernama Sinole. Rasanya unik dan bisa juga disajikan sebagai cemilan.

Kuliner

Makanan di Papua sering kali diasosiasikan dengan sagu, yang menjadi bahan dasar utama dalam banyak hidangan tradisional. Papua memang memiliki pohon sagu yang lebih banyak dibandingkan ladang padi atau gandum. Tak heran jika wilayah ini memiliki banyak kuliner khas berbahan dasar sagu.

Tanaman sagu mudah dijumpai di daerah dataran rendah berawa, pesisir atau pulau-pulau di lepas pantai pulau Papua. Sagu yang ada saat ini merupakan warisan nenek moyang, tumbuh alami dan tidak pernah ditanam. Pada masa lalu, sebelum dikenal beras, sagu merupakan makanan pokok orang Papua. Namun sekarang sagu menjadi alternatif makanan pokok selain nasi.

Pada masa lalu, sebelum dikenal beras, sagu merupakan makanan pokok orang Papua.

Selama ini, kuliner berbahan sagu yang terkenal adalah papeda. Sepintas bentuk papeda mirip dengan lem yang lengket-lengket. Papeda biasanya disajikan dengan ikan masak kuah kuning. Akan tetapi, sebenarnya bukan hanya Papeda saja satu-satunya makanan khas masyarakat Papua yang diolah dari bahan dasar sagu.

Selain Papeda, ada makanan khas lainnya yaitu Sinole. Ya, Sinole adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar sagu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Papua jika sudah mulai bosan makan Papeda. Olahan sagu dan parutan kelapa ini memiliki citarasa yang sangat unik. Makanan ini adalah alternatif pilihan makanan berbahan dasar sagu agar kita tidak bosan menikmati Papeda saja.

Papua memiliki banyak macam jenis tanaman sagu. Sagu untuk Sinole ini berasal dari Boven Digoel. Dalam Bahasa Muyu, salah satu suku di Boven Digoel, menyebut sagu jenis ini dengan sebutan Om.

Cara Pembuatan dan Menikmati Sinole

Sinole dibuat dengan menjemur sagu mentah hingga kering. Sagu yang sudah kering lalu diayak menjadi tepung halus. Kelapa parut disangrai dalam wajan panas sebelum dicampur dengan tepung sagu, gula, dan garam. Proses ini akan menghasilkan sinole yang berwarna kecoklatan. Pembuatan sinole bisa dibilang lebih rumit ketimbang papeda. Hal ini karena adanya proses sangrai pada kelapa parut yang harus dilakukan dalam waktu yang cukup lama di atas api terus-menerus.

Pembuatan sinole bisa dibilang lebih rumit ketimbang papeda.

Cara pembuatan lainnya yaitu, dengan merebus santan kelapa. Setelah mendidih, masukan sagu, sambil diaduk. Masaknya di wajan tidak terlalu lama, dan siap disajikan. Sinole berbentuk bulir-bulir kasar, dengan warna cokelat muda. Rasa perpaduan hambar, gurih dan manis membuatnya biasa disantap dengan ikan masak kuah kuning atau tumis bunga pepaya.

Sajian ini menawarkan rasa unik manis dan gurih dari kelapa, dengan tekstur lembut dari tepung sagu yang tetap terasa. Sinole dapat menjadi makanan pokok sehari-hari atau makanan pendamping saat menikmati teh di pagi atau sore hari. Kehadiran sinole memberikan variasi menarik dalam kuliner berbasis sagu khas Papua. Namun selain di Fakfak, Papua, kuliner sinole rupanya juga dikenal di Raja Ampat, bahkan Maluku, dan Sulawesi.

Selain di Fakfak, Papua, kuliner sinole rupanya juga dikenal di Raja Ampat, bahkan Maluku, dan Sulawesi.

Selain menjadi alternatif makanan pokok, sinole juga banyak diolah menjadi kudapan kecil atau camilan. Sebagai pendamping secangkir teh atau kopi, sinole juga diolah menjadi camilan berisi gula merah. Olahan sinole versi ini terbilang modern. Tepung sagu yang sudah dicampur dengan kelapa parut dan sedikit garam dipanggang di atas wajan anti lengket. Prosesnya mirip seperti membuat dadar gulung. Di tengahnya beri taburan parutan gula merah.

Sagu sinole rasanya nikmat dengan tekstur agak kenyal. Lapisan kulitnya terasa gurih karena ada campuran parutan kelapa dan garam. Sementara, saat digigit, gula merahnya meleleh di lidah dengan rasa manis. Sagu sinole ini paling pas dinikmati selagi masih hangat, dihidangkan dengan teh tawar atau kopi pahit. Paduan rasa sagu sinole yang gurih manis dan harumnya aroma teh atau kopi menjadikan suasana sore lebih istimewa.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds