Cari dengan kata kunci

“Kikis Tunggorono”, Karya Wayang Orang Bharata

kikis-tunggorono-karya-wayang-orang-bharata-2.jpg

“Kikis Tunggorono”, Karya Wayang Orang Bharata

Menceritakan kisah perebutan wilayah Tunggorono yang diakibatkan karena kesalahpahaman yang terjadi sejak jaman Prabu Pandu Dewanata. Wilayah Tunggorono yang sebenarnya berada di area Kerajaan Pringgondani menjadi rebutan antara Boma Narakasura dengan Gatotkaca.

Agenda Budaya

Menceritakan kisah perebutan wilayah Tunggorono yang diakibatkan karena kesalahpahaman yang terjadi sejak jaman Prabu Pandu Dewanata. Wilayah Tunggorono yang sebenarnya berada di area Kerajaan Pringgondani menjadi rebutan antara Boma Narakasura dengan Gatotkaca.

Kemudian diadakan persidangan besar antara Boma dan Gatotkaca, keduanya harus bertempur demi mendapatkan daerah tersebut dengan syarat tidak seorangpun boleh membantu pertempuran tersebut, baik bantuan dari keluarga, abdi dalem, atau siapapun. Harus murni pertempuran Boma dan Gatotkaca.

Namun dalam peperangan itu dari pihak boma, Prabu Karentagnyana tidak tega melihat boma terdesak kemudian memberikan bantuan turut menghajar Gatotkaca. Pihak Pandawa yang melihat kejadian ini pun turut membantu Gatotkaca. Perang menjadi sangat riuh karena semua membantu pihak masing-masing.

Punakawan yang menjadi saksi kecurangan tersebut melaporkan hal ini kepada pihak Pandawa. Kemudian setelah ditelusuri ternyata yang melakukan kesalahan awal adalah Pihak Boma. Akhirnya boma dengan perjanjian awal akhirnya kalah dalam pertaruhan tersebut dan yang mendapatkan bumi tunggorono adalah Gatotkaca.

Pertunjukan berjudul Kikis Tunggorono karya Wayang Orang Bharata yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation telah sukses digelar pada tanggal 4 Juli 2015, pukul 20.00 WIB, di Gedung WO Bharata, Jl. Kalilio No. 15, Senen, Jakarta. Sutradara pertunjukan ini adalah Nugroho Aprihadi, naskah ditulis oleh Undung Wiyono, penata gending Kadar Soemarsono, Koreografer Dewanto Listyo Sasongko dan Groho Widagdo, sedangkan artistik ditangani oleh Agus Prasetyo “Dede”.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan kesenian tradisional dapat kembali ke dalam hati masyarakat, karena keindahannya sebenarnya tak lekang oleh jaman. Semoga pergelaran ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.

Tagar:

This will close in 10 seconds