Cari dengan kata kunci

anak_rambut_gimbal_1200.jpg

Menyelisik Fenomena Anak-Anak Berambut Gimbal di Dieng

Munculnya rambut gimbal pada seorang anak akan ditandai dengan panas tubuh yang tinggi selama beberapa hari.

Tradisi

Ada sebuah fenomena unik yang terjadi di tengah masyarakat Dataran Tinggi Dieng yang sampai sekarang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Fenomena tersebut adalah adanya anak-anak yang berambut gimbal. Atau lebih tepatnya, tumbuhnya rambut gimbal pada sebagian anak.

Tidak sulit menemukan anak-anak berambut gimbal saat menelusuri desa-desa yang ada di Dataran Tinggi Dieng. Di setiap desa yang ada di kawasan ini, selalu ada anak-anak berambut gimbal. Anak-anak ini biasanya berusia beberapa bulan hingga 8 tahun.

Sampai sekarang, fenomena anak-anak berambut gimbal di Dieng tidak bisa dijelaskan secara ilmiah.

Tidak ada garis keturunan khusus dari anak yang berambut gimbal. Siapa pun, asal memiliki garis keturunan Dieng, memiliki kemungkinan menjadi anak berambut gimbal.

Masyarakat Dieng menyebut anak-anak berambut gimbal ini dengan sebutan ‘anak gembel’. Ini karena rambut gimbal sering dikaitkan dengan orang yang jarang mandi atau malas mengurus tubuh mereka. Padahal, anak-anak berambut gimbal di Dieng merupakan anak-anak yang terawat.

Anak-anak berambut gimbal merupakan titipan dari Kyai Kolo Dete, punggawa pada masa Mataram Islam.

Menurut masyarakat Dieng, anak-anak berambut gimbal merupakan titipan dari Kyai Kolo Dete. Kyai Kolo Dete merupakan salah seorang punggawa pada masa Mataram Islam (sekitar abad 14). Bersama dengan Kyai Walid dan Kyai Karim, Kyai Kolo Dete ditugaskan oleh Kerajaan Mataram untuk mempersiapkan pemerintahan di daerah Wonosobo dan sekitarnya. Kyai Walid dan Kyai Karim bertugas di daerah Wonosobo, sementara Kyai Kolo Dete bertugas di Dataran Tinggi Dieng.

Tiba di Dataran Tinggi Dieng, Kyai Kolo Dete dan istrinya (Nini Roro Rence) mendapat wahyu dari Ratu Pantai Selatan. Pasangan ini ditugaskan membawa masyarakat Dieng menuju kesejahteraan. Tolak ukur sejahteranya masyarakat Dieng akan ditandai dengan keberadaan anak-anak berambut gimbal. Sejak itulah, muncul anak-anak berambut gimbal di kawasan Dataran Tinggi Dieng.

Masyarakat Dieng yakin bahwa kesejahteraan mereka akan membaik bila jumlah anak berambut gimbal terus bertambah.

Bagi masyarakat Dataran Tinggi Dieng, jumlah anak berambut gimbal berkorelasi dengan kesejahteraan masyarakat. Semakin banyak jumlah anak berambut gimbal, masyarakat Dieng yakin kesejahteraan mereka akan semakin baik. Begitu pula sebaliknya.

Munculnya rambut gimbal pada seorang anak akan ditandai dengan panas tubuh yang tinggi selama beberapa hari. Suhu tubuh anak tersebut akan normal dengan sendirinya pada pagi hari, bersamaan dengan munculnya rambut gimbal di kepala sang anak.

Munculnya rambut gimbal pada seorang anak akan ditandai dengan panas tubuh yang tinggi selama beberapa hari.

Biasanya, rambut gimbal akan tumbuh ketika usia seorang anak belum mencapai 3 tahun. Rambut gimbal ini akan tumbuh dan semakin lebat seiring waktu. Rambut gimbal ini hanya akan dipotong dalam prosesi khusus (ruwatan). Pengadaan ruwatan harus mengikuti aturan khusus dan atas dasar kemauan dari si anak berambut gimbal.

Sebelum dilakukan prosesi pemotongan (ruwatan), si anak akan mengajukan suatu permintaan. Permintaan ini harus dituruti oleh orang tuanya. Masyarakat sekitar meyakini, jika pemotongan dilakukan tanpa melalui upacara tertentu, atau bukan atas kemauan si anak, atau permintaannya tidak dikabulkan, rambut gimbal yang sudah dipotong akan tumbuh kembali.

Rambut gimbal ini hanya akan dipotong dalam prosesi khusus (ruwatan).

Dalam kehidupan sehari-hari, seorang anak berambut gimbal tidak berbeda dengan anak-anak lainnya. Mereka bermain bersama dengan anak-anak lain. Hanya saja, anak berambut gimbal biasanya cenderung lebih aktif dibanding anak-anak lain. Pada saat-saat tertentu, emosi anak berambut gimbal pun menjadi tidak terkendali–bisa tanpa sebab yang jelas. Kecenderungan ini akan berkurang bahkan menghilang ketika rambut gimbal anak tersebut sudah dipotong.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds