Cari dengan kata kunci

beseprah1200.jpg

Beseprah, Tradisi Sarapan Massal dari Kutai

Menilik serunya upacara beseprah, acara sarapan massal masyarakat Kutai yang menyatukan berbagai status sosial.

Tradisi

Dewasa ini, momen sarapan hanya dinikmati sendiri atau bersama keluarga dekat. Waktu bersantap tak bisa terlalu lama karena semua orang bersiap memulai harinya masing-masing. Tapi tak selalu begitu bagi rakyat Kutai, Kalimantan Timur. Mereka malah menjadikan waktu sarapan sebagai ajang bersosialisasi dan memperkuat ikatan harmonis antara komunitas dengan melakukan tradisi sarapan bersama yang disebut beseprah.

Istilah beseprah berasal dari bahasa Kutai yang berarti “makan bersama-sama”, dilakukan sambil duduk bersila di atas tikar bersebelahan dengan orang-orang yang mungkin berasal dari status sosial berbeda. Tradisi ini sering dilakukan oleh keluarga besar, perkumpulan tetangga, komunitas, bahkan hingga rakyat kabupaten pada hari-hari istimewa seperti pernikahan, kelahiran, kunjungan tamu penting, dan Upacara Erau. Tujuan utamanya tak lain untuk mempererat kebersamaan.

Istilah beseprah berasal dari bahasa Kutai yang berarti “makan bersama-sama”, dilakukan sambil duduk bersila di atas tikar bersebelahan dengan orang-orang yang mungkin berasal dari status sosial berbeda.

Asal Usul Beseprah

Meski tidak ada catatan yang menjelaskan kapan tepatnya tradisi beseprah dimulai, beseprah selalu berhubungan erat dengan Upacara Erau yang telah dilaksanakan secara turun-temurun sejak abad ke-12 Masehi. Tepatnya saat Aji Batara Agung Dewa Sakti diangkat menjadi sultan pertama Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Beseprah adalah cara yang dilakukan sultan Kutai untuk berinteraksi dan menjamu rakyat. Mengingatkan jika sebenarnya seorang sultan bekerja untuk kesejahteraan rakyatnya. Maka sultan akan menggelar jamuan makan dan mengundang semua rakyat untuk makan bersama berdampingan yang bisa dinikmati secara cuma-cuma.

Beseprah adalah cara yang dilakukan sultan Kutai untuk berinteraksi dan menjamu rakyat.

Di momen ini, diharapkan terjalin hubungan yang erat antara sultan dan rakyat. Sesungguhnya tradisi beseprah bukan hanya tentang makanan, tapi juga tentang berbagi cerita, kesulitan yang dihadapi, saling mendengarkan, memberi solusi, dan menguatkan.

Persiapan dan Pelaksanaan Tradisi Beseprah

Jamuan beseprah dilakukan saat waktu sarapan, maka tentu saja persiapan sudah dimulai bahkan sebelum matahari terbit. Siapa yang menyiapkan makanan? Jawabannya tergantung dari seberapa besar skala beseprah yang akan dilaksanakan, dan berapa banyak undangan yang diharapkan hadir. Kadang keluarga dan tetangga bahu-membahu menyiapkan sajian, tapi bisa juga membutuhkan bantuan masyarakat jika diadakan saat Upacara Erau.

Sajian yang disediakan sangat beragam mulai dari nasi kebuli, nasi kuning, nasi putih lengkap dengan sambal, gence ruan (ikan gabus goreng dengan sambal), semur, bubur, ubi goreng, dan aneka kue khas Kutai seperti serabai, putu labu, roti gembong, untuk-untuk, serta ragam buah-buahan. Semuanya disajikan dalam piring-piring, tertata di tampah, atau digelar di atas daun pisang yang disusun di atas seperah, kain putih yang dihamparkan untuk alas makanan yang disajikan. Di sampingnya tersedia tumpukan piring kosong dan alat makan untuk digunakan para tamu yang datang.

Sajian yang disediakan sangat beragam mulai dari nasi kebuli, nasi kuning, nasi putih lengkap dengan sambal, gence ruan (ikan gabus goreng dengan sambal), semur, bubur, ubi goreng, dan aneka kue khas Kutai seperti serabai, putu labu, roti gembong, untuk-untuk, serta ragam buah-buahan.

Sebelum acara makan dimulai, sambil menunggu tamu mengisi area duduk berhadapan yang telah disediakan, biasanya dikumandangkan lantunan musik untuk memeriahkan acara. Jika area makan telah terisi, barulah tuan rumah memberi aba-aba mulai bersantap. Beseprah biasanya berjalan selama 1.5 hingga 2 jam.

Beseprah Dalam Upacara Erau

Seperti sejarahnya, beseperah selalu diadakan saat Upacara Erau. Belakangan, area yang dipilih adalah sepanjang jalan di depan Museum Mulawarman, Jalan Tepian Pandan, Kecamatan Tenggarong. Kain seperah sepanjang satu kilometer akan dibentangkan di atas terpal berwarna biru, tempat rakyat berdatangan untuk bergabung memeriahkan acara.

Di sini, diharapkan datang seluruh pejabat dan masyarakat untuk bergaul bersama. Acara diawali dengan berdoa, kemudian Sultan akan memukul gong tanda beseperah dimulai. Barulah undangan diperbolehkan untuk menyantap makanan sembari mengobrol dengan orang-orang di sampingnya, meski datang dari berbagai status sosial yang berbeda.

Pengarung Beseprah

Tradisi ini memberikan kesempatan bagi rakyat untuk saling berinteraksi dan mengenal sosok pemimpin secara langsung. Beseprah menjadi ajang untuk melestarikan warisan kuliner tradisional Kutai. Melalui baseprah, generasi muda diajak untuk menghargai dan mempelajari kekayaan budaya mereka.

Beseprah menjadi ajang untuk melestarikan warisan kuliner tradisional Kutai.

Beseprah tidak hanya memiliki dampak sosial, tetapi juga ekonomi. Masyarakat lokal dapat memanfaatkan tradisi ini untuk meningkatkan penghasilan mereka dengan menjual makanan khas Kutai untuk acara. Selain itu, beseprah menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin merasakan budaya dan kuliner Kutai secara langsung.

Tradisi ini tidak hanya memanjakan lidah dengan hidangan khas Kutai yang lezat, tetapi juga menawarkan pengalaman sosial dan budaya yang tak terlupakan. Beseprah adalah simbol kebersamaan, gotong royong, dan keakraban yang tetap dilestarikan dan dihargai secara turun-temurun oleh masyarakat Kutai.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Kemendikbud
    KutaiKartanegara
    Kemenkeu
    NewsBalikpapan
    Kemenparekraf
    Kukarkab
    EIFAF

This will close in 10 seconds