Cari dengan kata kunci

kawah_ijen_1290.jpg

Fenomena Si Api Biru di Kawah Ijen

Terus bergumul dalam rutinitas kerja tentu menjadi suatu hal yang menyiksa, apalagi aktivitas ini menyebabkan hubungan dengan keluarga dan sahabat jadi merenggang. Salah satu cara paling ampuh untuk merekatkan kembali keakraban yang sempat merenggang adalah dengan melakukan aktivitas wisata di alam terbuka.

Pariwisata

Terus bergumul dalam rutinitas kerja tentu menjadi suatu hal yang menyiksa, apalagi aktivitas ini menyebabkan hubungan dengan keluarga dan sahabat jadi merenggang. Salah satu cara paling ampuh untuk merekatkan kembali keakraban yang sempat merenggang adalah dengan melakukan aktivitas wisata di alam terbuka. Apalagi berpetualang sambil menyaksikan keindahan alam juga diyakini mampu mengendurkan otot-otot kaku imbas dari rutinitas kerja yang padat.

Salah satu pilihan menarik beriwisata alam di Indonesia adalah dengan menjamahi keindahan Kawah Ijen di Jawa Timur. Kawah alami yang terbentuk akibat letusan gunung berapi ini merupakan kawah terindah yang dimiliki Indonesia karena memiliki fenomena blue fire alias si api biru. Tidak mengherankan jika setiap akhir pekan, kawasan Kawah Ijen kerap dipenuhi oleh wisatawan, baik lokal maupun asing.

Secara geografis, kawasan Kawah Ijen masuk dalam tiga wilayah kabupaten di Jawa Timur, yaitu Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi. Meski demikian, pintu utama untuk masuk ke dalam lokasi Kawah Ijen berada di Paltuding, Banyuwangi. Bagi wisatawan yang tidak ingin bermalam di gunung tapi ingin menyaksikan fenomena blue fire, kawasan Kalipuro menjadi pilihan lain untuk bermalam.

Dari Kalipuro menuju Paltuding menghabiskan waktu sekitar satu jam perjalanan, atau menempuh jarak sekitar 35 km. Dengan estimasi waktu perjalanan trekking dari Paltuding menuju Kawah Ijen menghabiskan waktu sekitar 2 jam, maka untuk bisa menyaksikan fenomena blue fire, wisatawan harus memulai perjalanan dari Kalipuro sekitar pukul 01.30 dinihari.

Setelah melewati jalan hutan yang berliku di Lereng Gunung Ijen, pengunjung akan sampai di Paltuding. Dari Paltuding, dengan udara yang terkenal dingin menusuk, para pendaki yang ingin memulai perjalanannya terlihat sedang bersiap dan menebalkan pakaiannya. Sementara beberapa orang mendekati para calon pendaki, menawarkan jasa antar. Bagi mereka yang belum tahu seluk beluk Kawah Ijen, memang disarankan untuk menyewa jasa guide.

Dari Paltuding ke lokasi Kawah Ijen berjarak sekitar 3 km. Bagi para pendaki pemula, jarak ini bisa menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan. Dua kilo meter pertama, track menuju lokasi kawah didominasi oleh jalan tanah yang berdebu. Sedangkan di satu kilo meter terakhir, track didominasi oleh jalan bebatuan yang terjal dan sempit. Dibutuhkan lampu penerangan yang cukup jika melakukan pendakian di malam hari.

Di tiga kilo meter terakhir aroma belerang makin menyengat, hal itu menandakan lokasi Kawah Ijen sudah dekat. Dari atas tebing Gunung Ijen, pesona blue fire sudah terlihat. Blue fire merupakan proses penguapan belerang yang terlihat berwarna biru terang saat malam hari. Pemandangan indah inilah yang mengundang banyak wisatawan untuk datang dan mengagumi fenomena yang hanya ada di Indonesia ini.

Setelah hari mulai terang, sayup-sayup warna blue fire memudar, namun bukan berarti pesona Ijen menghilang. Di bagian lain akan terlihat Kawah ijen yang menawan berwarna hijau toska. Kawah Ijen bersifat asam dan memiliki kedalaman danau hingga 200 meter. Kawah Ijen memiliki luas mencapai 5.466 hektar merupakan kawah alami akibat letusan Gunung Ijen, dan diyakini sebagai salah satu gunung berapi yang masih aktif.

Menurut catatan yang dilansir pengelola Taman Wisata Alam Kawah Ijen, Gunung Ijen mempunyai riwayat meletus sebanyak 4 kali, yaitu pada 1796, 1817, 1913, dan terakhir pada 1936. Gunung ini juga telah lama menjadi sumber pendapatan bagi warga sekitar, karena mampu menghasilkan belerang hingga berjuta-juta meter kubik setiap tahunnya.

Namun demikian, buruh Kawah Ijen yang tiap hari memanggul batuan belerang yang berat, hanya dihargai Rp900/kg dan Rp1.000/kg untuk putaran yang kedua. Salah seorang buruh angkut mengungkapkan, tiap hari rata-rata dari mereka bisa mengangkut batuan belerang hingga 60 kg dalam dua putaran. Untuk menutupi kebutuhan hidup yang tidak cukup dari bekerja sebagai buruh angkut belerang, beberapa orang diantara mereka juga menyambi menjadi guide bagi para pendaki yang ingin menjamahi keindahan Kawah Ijen. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds