Cari dengan kata kunci

tari_yapong_1200.jpg

Tari Yapong Persembahan untuk Jakarta

Karya seni yang semula menjadi hadiah bagi dirgahayu ibukota. Tari yapong kemudian menginspirasi anak bangsa untuk berkreasi.

Kesenian
Tagar:

DIIRINGI tanjidor Betawi, tiga abang berkostum kemeja putih dan celana batik lengkap dengan sarung batik di leher naik ke panggung. Disusul kemudian tiga none yang mengenakan kemeja batik. Mereka berlenggak-lenggok membawakan tari yapong, tari kreasi yang diciptakan seniman Bagong Kussudiardja.

Bagong Kussudiardja merupakan salah satu seniman tari produktif yang dimiliki Indonesia. Sejak kecil, seniman yang tinggal dan menetap di Yogyakarta ini sudah akrab dengan kesenian tradisional. Bagong memiliki padepokan seni yang menaungi para seniman untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan. Sebagai seniman produktif, di masa hidupnya, Bagong menciptakan lebih dari 200 tari tradisional. Salah satunya tari yapong.

Yapong adalah satu jenis tarian yang diciptakan untuk pertunjukan. Kelahirannya berawal dari penyelenggaraan hari ulang tahun Jakarta ke-450 tahun 1977 yang mengangkat tema perjuangan Pangeran Jayakarta. Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin melalui Kepala Dinas Kebudayaan Budiman kemudian meminta kesediaan Bagong untuk membuat sebuah pagelaran tari massal dengan tema tersebut.

Untuk menciptakan tarian massal ini, Bagong melakukan riset selama sekira tiga bulan. Dia membaca buku-buku sejarah Pangeran Jayakarta, mempelajari foto dan film, serta mengamati tingkah polah masyarakat Betawi. Dia juga menghubungi budayawan dan seniman yang giat menggali kesenian rakyat di Jakarta dan sekitarnya.

Untuk musiknya, Bagong mendapat bantuan seniman yang menjadi karyawan Dinas Kebudayaan. Alat-alat berupa rebana biyang dan gambang kromong kemudian dipadukan Bagong dengan gamelan Jawa.

“Dari bahan-bahan tersebut saya menyusun sendratari Pangeran Jayakarta,” ujar Bagong dalam Dari Klasik hingga Kontemporer.

Pagelaran sendratari Pangeran Jayakarta dipentaskan pada 20 dan 21 Juni 1977 di Balai Sidang Senayan. Pementasannya didukung 300 orang artis dan musisi.

Tema utama pementasan berkisah tentang kemenangan Pangeran Jayakarta alias Fatahilah merebut kota pelabuhan Sunda Kelapa dari Portugis. Inilah peristiwa yang mengilhami hari lahirnya kota Jakarta.

Menurut pakar kecantikan Martha Tilaar dalam The True Exotic Colors of Indonesia jika dilihat dari kain penarinya yang bermotif naga dan berwarna merah, tari yapong tampaknya mendapat banyak pengaruh dari kebudayaan Tionghoa. Selain itu, lakon para abang dalam tarian ini juga merujuk kepada sosok Si Pitung, tokoh legenda jagoan Betawi yang hidup pada abad ke-19 di Rawa Belong dan Marunda

Dalam sendratari tersebut ada sebuah adegan menyambut kedatangan Pangeran Jayakarta, dimana para penari yang mewakili rakyat kecil menari dengan wajah riang gembira.Para penari kemudian mengekspresikan kegembiraan dengan berteriak “ya…ya…ya”, dan suara musik pengiring terdengar berbunyi seperti “pong….pong….pong”. Dari sinilah asal nama tari yapong. Namun tari yapong sendiri muncul belakangan.

Adegan menyambut kedatangan Pangeran Jayakarta itu merupakan potongan tarian yang sangat menarik. Usai pementasan, Pusat Latihan Tari (PLT) Bagong Kussudiardjo bersama Dinas Kebudayaan DKI Jakarta kemudian mengubah adegan tersebut menjadi tarian lepas.

“Tarian ini kemudian dikenal dengan nama yapong yang menggambarkan kegembiraan dan suasana pergaulan,” tulis laman Ensiklopedia Jakarta dalam “Yapong Seni Tari”.

Bagong memang ingin menggarapnya sebagai tarian lepas yang bisa dibawakan satu penari, dua penari, bahkan massal. Untuk itu dia melakukan penambahan dan penyempurnaan bentuk dan gerak. Karena tarian lepas dari sebuah sendratari, Bagong juga melakukan penyesuaian tema.

“Tari yapong diilhami dari tari topeng dan ronggeng Jakarta dan tarian rakyat dari Situbondo. Perkembangan selanjutnya sampai sekarang saya tetap menyebutkan bahwa tari yapong diambil dari sendratari Pangeran Jayakarta yang bersumber dari tarian rakyat di pinggiran kota Jakarta dan perkampungan nelayan di Situbondo,” ujar Bagong.

Tari yapong kemudian lebih dikenal sebagai tarian pergaulan yang menggambarkan kegembiraan. Karena gerakannya penuh dengan variasi, tari yapong dapat dipentaskan di mana saja untuk mengisi acara menari sesuai permintaan. Variannya pun kian beragam. Digali dari gerakan tari rakyat Betawi lalu dicampur unsur-unsur tari pop dan Sumatra. Ia sangat digemari oleh siapa saja, terutama kaum remaja.

“Banyak kreasi dalam gerakan tari yapong yang dimaksudkan untuk menarik para penikmat pertunjukan, sesuatu yang dianggap sah dalam tari kontemporer selama tidak meninggalkan esensi tari itu sendiri,” tulis Ensiklopedia Jakarta.

Pementasan tari yapong lebih sering dilakukan oleh penari perempuan, tetapi ada juga yang menyertakan lelaki. Biasanya terdiri dari lima sampai 10 penari berjajar simetris.

Secara umum, gerak tari yapong sangat dinamis dan bertumpu pada kekuatan tangan dan kaki. Perpindahan penari dari satu titik ke titik yang lain kerap terjadi. Pada bagian-bagian tertentu terdapat gerakan pinggul yang eksotis. Beberapa gerakan tari yapong antara lain gerak megol lembehan kanan, enjer loncat, singgetan ngigel, dan gerak yapong.

Para penari yapong mengenakan busana berwarna terang dengan balutan kain batik Betawi pada bagian bawahnya. Sementara mahkota bunga melekat di kepala dan selempang dipakai di bagian dada kemudian diikat dengan perhiasan di bagian perut. Hal ini menunjukkan tari yapong merupakan perpaduan antara dua budaya, yaitu Betawi dan Tionghoa.

Dari segi musik, tari yapong diiringi oleh irama yang bersumber dari alat musik tabuh, seperti rebana. Seiring perkembangannya, tari yapong juga diiringi suara gamelan bercampur dengan alat musik tabuh yang berasal dari Jawa Barat, sehingga menghasilkan irama yang bersemangat sesuai dengan gerakan tari yapong.

Meski merupakan jenis tari kontemporer, tari yapong eksis sebagai tari Betawi yang sering dipentaskan setiap ada acara kebudayaan di Jakarta.*

Tagar:
Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Bagong Kussudiardjo. Dari Klasik hingga Kontemporer. Yogyakarta: Padepokan Press, 1992.
    Martha Tilaar. The True Exotic Colors of Indonesia : Sejarah Perjalanan Trend Warna 1987-2012. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012.
    “Yapong Seni Tari”, laman Ensiklopedia Jakarta, http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/ Jakarta: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, 2019.

This will close in 10 seconds