Cari dengan kata kunci

desa_adat_pallawa_1200.jpg

Menyambangi Tongkonan Tertua di Tana Toraja

Di kawasan Rantepao, Sulawesi Selatan, terdapat sebuah desa adat yang masih mempertahankan tradisi nenek moyang Suku Toraja.

Pariwisata

Terletak di bagian utara Sulawesi Selatan, tepatnya di daerah Tana Toraja, dapat ditemui berbagai kekayaan tradisi dan budaya yang dimiliki komunitas adat setempat. Tana Toraja memiliki berbagai tradisi dan kebudayaan seperti rumah adat tongkonan, kubur batu, juga upacara-upacara adat. Salah satunya upacara adat kematian atau yang biasa disebut dengan rambu solo.

Dari pusat Kota Makassar menuju Tana Toraja, wisatawan harus menempuh jarak sekitar 350 km atau perjalanan darat selama 7 jam. Jika tidak mau berlama-lama di perjalanan, wisatawan bisa menggunakan jasa pesawat domestik. Bandara Sultan Hasanuddin sudah membuka penerbangan domestik menuju Tana Toraja. Dengan menggunakan jalur udara, perjalanan hanya menempuh waktu tidak lebih dari 1 jam.

Udara di Sulawesi Selatan terasa lebih dingin dibandingkan dengan Kota Makassar. Hal ini dikarenakan secara geografis Sulawesi Selatan berada di ketinggian dan dikelilingi pegunungan. Karenanya, tidak heran jika banyak wisatawan yang datang ke sini tidak hanya untuk melihat kekayaan tradisi masyarakat Tana Toraja. Mereka juga ingin merasakan kesejukan kawasan ini.

Desa Pallawa adalah sebuah desa adat yang masih mempertahankan tradisi nenek moyang Suku Toraja.

Di kawasan Rantepao, Sulawesi Selatan, terdapat sebuah desa adat yang masih mempertahankan tradisi nenek moyang Suku Toraja. Desa tersebut bernama Desa Pallawa. Konon, di desa ini terdapat tradisi kanibal. Jika terjadi perang antar desa, daging manusia yang menjadi korban perang akan dimakan dan darahnya akan diminum. Seiring berjalannya waktu, para tetua adat Suku Toraja mengganti tradisi tersebut dengan memakan ayam–yang kini dikenal dengan nama pallawa manuk.

Di Desa Pallawa, terdapat 11 tongkongan. Setiap tongkongan memiliki lumbung bagi pada bagian atapnya. Atap rumah tersebut terbuat dari susunan bambu. Karena sudah berusia hingga ratusan tahun, bagian atap kini ditumbuhi tanaman-tanaman liar. Sementara, bagian utama tongkonan terbuat dari kayu besi, yaitu kayu ringan tapi kuat. Pancang-pancangnya diberikan hiasan pahat dan didominasi oleh warna orange dan hitam. Pada rumah-rumah tertentu, terdapat berderet tanduk kerbau yang terpajang di bagian depannya. Tanduk kerbau tersebut merupakan simbol bahwa pemilik rumah adalah tuan yang sudah melakukan upacara rambu solo.

Desa Pallawa memiliki 11 tongkongan tertua di Tana Toraja.

Selain tanduk kerbau, simbol pemilik tongkongan pernah melakukan rambu solo juga ditandai dengan dipajangnya tulang-tulang babi. Berbeda dengan kerbau yang dianggap sebagai binatang suci dan menjadi persembahan dalam rambu solo, babi yang dikorbankan pada upacara rambu solo hanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan masyarakat yang mengikuti upacara.

Pada bagian yang lain, juga terdapat penjual pernak-pernik khas Tana Toraja, seperti kain tenun, ukiran kayu, senjata, hingga kopi Toraja yang kenikmatannya tidak ada duanya. Berwisata ke Desa Pallawa tentu menghadirkan sensasi tersendiri. Selain bisa menemukan hal-hal baru, berkunjung ke Tana Toraja juga bisa meningkatkan kecintaan kita akan kekayaan tradisi dan kebudayaan Indonesia yang tidak dimiliki negara lain.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds