Cari dengan kata kunci

“Presiden Kita tercinta”, Program Indonesia Kita Tahun 2017

presiden-kita-tercinta-program-indonesia-kita-tahun-2017.jpg

“Presiden Kita tercinta”, Program Indonesia Kita Tahun 2017

Di sepanjang tahun 2017, program Indonesia Kita hadir dengan mengangkat tema “Lintas Benua, Silang Budaya”. Tema ini hadir perdana di bulan Maret 2017 dengan tajuk “Presiden Kita Tercinta”. Pertunjukan yang juga didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation merupakan pertunjukan ke-23 Program Indonesia Kita 2017.

Agenda Budaya

Di sepanjang tahun 2017, program Indonesia Kita hadir dengan mengangkat tema “Lintas Benua, Silang Budaya”. Tema ini hadir perdana di bulan Maret 2017 dengan tajuk “Presiden Kita Tercinta”. Pertunjukan yang juga didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation merupakan pertunjukan ke-23 Program Indonesia Kita 2017. Jadwal pertunjukan adalah tanggal 10-11 Maret 2017, pukul 20.00 WIB, di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya 73, Jakarta Pusat.
   
Bakti Budaya Djarum Foundation telah mendukung program “Indonesia Kita” selama tujuh tahun, dimulai dari tahun 2011 dan berlanjut hingga tahun 2017. Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian mengatakan, “Program Indonesia Kita telah menjadi magnet bagi masyarakat, terbukti dari setiap pelaksanaannya selalu mendapat apresiasi yang sangat tinggi dengan penjualan tiket pertunjukan yang selalu habis. Dengan kemampuan mengolah ragam unsur kebudayaan dari berbagai penjuru dunia, dilihat dari karya sastra, unsur gerak tarian dan juga musik. Pementasan ini dapat merefleksikan persoalan kekinian yang dikemas dan ditampilkan secara kreatif di dunia seni pertunjukan Indonesia.”

Lintas Benua, Silang Budaya dirumuskan oleh Tim Kreatif Indonesia Kita yaitu Butet Kertaredjasa, Agus Noor dan Djaduk Ferianto, yang ingin mengajak masyarakat untuk melihat kembali perjalanan-perjalanan kebudayaan Indonesia. Pada tahun 2017, program “Indonesia Kita” akan menampilkan empat pertunjukan yaitu, Presiden Kita Tercinta, Rampak Gerak Nusantara, Tiga Generasi Wayang, Pantura: Pintu Pergaulan Dunia.

Lakon Presiden Kita Tercinta berkisah tentang sebuah negeri republik yang sedang dilanda isu makar. Presiden dinyatakan menghilang, ini membuat suasana negeri menjadi mencemaskan. Rasa tidak aman mendera, ada kabar menyatakan Presiden ditahan dan diperlakukan tidak adil. Ada pula yang mengabarkan Presiden telah mati dieksekusi. Dalam situasi seperti itu, aparat keamanan segera memutuskan untuk mengadakan pemilihan presiden pengganti agar situasi negeri bisa terkendali. Keputusan aparat keamanan memunculkan reaksi baru. Banyak tokoh yang merasa paling pantas dan layak, ingin maju dalam pemilihan presiden pengganti. Seluruh rakyat diwajibkan untuk ikut dalam pemilihan presiden yang diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya itu.

Tentu saja, banyak tokoh ingin mengambil kesempatan dan keuntungan dalam proses pemilihan presiden. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai “proyek demokrasi” yang bisa membawa keuntungan sebesar-besarnya.

Agar pemilihan presiden berlangsung adil, maka siapa pun berhak memilih dan dipilih. Semua orang secara konstitusional diwajibkan untuk tak hanya memilih, tapi juga wajib dipilih jadi presiden. Para tokoh politik kemudian menghimpun kelompok-kelompok yang saling bersaing. Situasi menjadi membingungkan rakyat ketika para tokoh itu merasa paling pantas untuk jadi presiden. Berbagai cara dilakukan untuk saling menjatuhkan dengan cara saling melaporkan, menyebar fitnah dam membuat berita-berita hoax.

Ternyata hal yang tak terduga muncul, yang terpilih justru seorang petani dari kampung yang sama sekali tak dikenal sebelumnya. Petani itu sendiri sama sekali tak berambisi menjadi pemimpin. Ia tak mengerti kenapa rakyat memilinya. Ia semula menolak, tetapi malah diancam dihukum karena dianggap melawan undang-undang bila ia tak mau menjadi presiden. Era kepemimpinan presiden terpilih pun dimulai. Ketika ia semakin dicintai rakyatnya, intrik politik malah membuatnya merasa asing di lingkaran kekuasaan.

Naskah Presiden Kita Tercinta pernah masuk lima besar lomba penulisan naskah yang diadakan Federasi Teater Indonesia dan ditulis oleh Agus Noor semasa era Presiden Gus Dur. “Melalui lakon ini, kami ingin mengajak masyarakat untuk melihat kembali perjalanan-perjalanan kebudayaan. Lakon Presiden Kita Tercinta kami bawakan akan disesuaikan dengan perkembangan Indonesia hari ini,” ujar Agus Noor, sutradara pertunjukan Presiden Kita Tercinta.

“Rencananya kami juga akan menggandeng beberapa seniman dari kelompok seni pertunjukan di Indonesia seperti Teater Koma, seniman dan musisi dari Pantura, maestro tari seperti Tom Ibnur dan dalang asal Bali, I Made Sidia yang mewarisi tradisi wayang dari ayahnya. Kolaborasi ini tentunya akan memberikan banyak ide-ide kreatif yang akan ditampilkan dalam panggung pertunjukan Indonesia Kita,” sambung Agus Noor.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.

Tagar:

This will close in 10 seconds