Cari dengan kata kunci

Produksi ke-24 Indonesia Kita menampilkan “Pesta Para Pencuri”

produksi-ke-24-indonesia-kita-menampilkan-pesta-para-pencuri.jpg

Produksi ke-24 Indonesia Kita menampilkan “Pesta Para Pencuri”

Indonesia Kita yang selalu menampilkan konsep teater modern kembali menampilkan karya terbarunya di atas pentas dengan lakon “Pesta Para Pencuri”. Produksi ke-24 Indonesia Kita yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini sukses dipentaskan pada 21 dan 22 Juli 2017 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Agenda Budaya

Bakti Budaya Djarum Foundation telah mendukung program “Indonesia Kita” selama tujuh tahun, dimulai dari tahun 2011 dan berlanjut hingga tahun 2017. Program “Indonesia Kita” telah menjadi magnet bagi masyarakat, terbukti dari setiap pelaksanaannya selalu mendapat apresiasi yang sangat tinggi dengan penjualan tiket pertunjukan yang selalu habis.

Indonesia Kita yang selalu menampilkan konsep teater modern kembali menampilkan karya terbarunya di atas pentas dengan lakon “Pesta Para Pencuri”. Produksi ke-24 Indonesia Kita yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini sukses dipentaskan pada 21 dan 22 Juli 2017 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

“Di tengah beragam persoalan yang terjadi di Indonesia beberapa saat terakhir, maka merawat semangat ke-Indonesia-an menjadi sesuatu yang harus secara terus-menerus diupayakan. Melalui pentas seni, kami mencoba merefleksikan semangat yang tumbuh di dalam dunia teater Indonesia melalui lakon Pesta Para Pencuri ini,” ujar Agus Noor, Sutradara sekaligus penulis naskah Pesta Para Pencuri.

Lakon Pesta Para Pencuri mengambil banyak unsur plot dan adegan dari berbagai cerita yang ditulis oleh Arifin C. Noer, Rendra, Voltaire sampai Jean Anouilh. Dengan demikian, pementasan ini menjadi upaya untuk mempertemukan beragam kecenderungan estetik dalam satu panggung. “Meski mengambil plot dan adegan yang pernah dilakonkan di atas panggung teater Indonesia, lakon Pesta Para Pencuri tentu saja akan digarap tanpa menghilangkan apa yang menjadi ciri khas pentas Indonesia Kita,” tambah Agus Noor.

Pementasan lakon ini diramaikan dengan penampilan Cak Lontong, Happy Salma, Inayah Wahid, Alexandra Gottardo, Akbar, Susilo Nugroho, Marwoto, Trio GAM (Gareng, Joned, Wisben), dan Silir Pujiwati. Tampilan artistik panggung ditangani oleh Ong Hari Wahyu dimana adegan lakon ini akan diwarnai dengan penampilan para penari IMove Project dengan arahan Rita Dewi Saleh dan juga diperkuat dengan musik arahan Arie Pekar yang dimainkan oleh Jakarta Street Music.

“Butet Kartaredjasa, Agus Noor, dan Djaduk Ferianto yang menjadi tim kreatif Indonesia Kita merupakan para seniman yang konsisten dalam menghasilkan karya penuh makna di atas panggung teater Indonesia dan selalu mendapat apresiasi yang sangat tinggi dari masyarakat. Melalui Indonesia Kita, para pelaku seni kebanggaan Indonesia ini membangun ruang presentasi untuk menyalurkan ide dan ekspresi kecintaan mereka pada Indonesia seperti yang nanti bisa disaksikan dalam lakon Pesta Para Pencuri ini. Pementasan ini menjadi refleksi persoalan kekinian yang dikemas dan ditampilkan secara kreatif oleh para pekerja seni Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Lakon dimulai dengan kejadian Nyonya Nyai Salma marah besar karena ada yang mencuri barang wasiat miliknya yang paling berharga. Situasi memang sudah tidak nyaman lagi karena banyak pencuri berkeliaran. Para pencuri itu dengan pintar dan lihai menyamar menjadi apa saja, sehingga sulit dikenali. Ada dua pencuri yang telah dikenal sebagai ‘pencuri yang baik hati dan suka menolong rakyat’ yang merasa terganggu karena nama baiknya dicemarkan oleh berbagai cara pencurian yang disebutnya tidak bertanggung jawab dan tidak menjunjung tinggi martabat pencuri. Sementara gerombolan pencuri lainnya ingin membuktikan bahwa mereka adalah pencuri yang bisa dipercaya.

Tetapi Nyonya Nyai Salma mencurigai bahwa situasi yang penuh kecurigaan ini sengaja dikondisikan oleh penjaga keamanan wilayah. Penjaga keamanan wilayah adalah dua orang yang dikenal sebagai pencuri yang telah sadar. Kecurigaan Nyonya Nyai Salma didasarkan dari pemikiran ketika keadaan menjadi tertib dan baik, dua petugas keamanan itu seperti kehilangan peran, karenanya dengan sengaja membuat situasi menjadi tidak aman agar peran mereka bisa kembali dibutuhkan.

Banyak para pencuri yang menyukai anak Nyai Salma. Mereka memperebutkan cinta anak Nyai Salma. Karena itu para pencuri itu saling mengakali dan menebar berita hoax. Di tengah situasi seperti itu, pembantu kepercayaan Nyai Salma, yakni Mbok Nay mulai mencium gelagat buruk, terutama ketika para pencuri ini berkumpul dan bersepakat untuk melakukan gerakan pencurian besar-besaran.

Pementasan lakon Pesta Para Pencuri ini juga merupakan bagian dari Lintas Benua, Silang Budaya yang menjadi tema Indonesia Kita tahun ini. Melalui tema ini, Indonesia Kita menampilkan pergaulan dunia yang tumbuh, berkembang, dan pentingnya kesadaran untuk menerima dan mencoba hal-hal baru dari pelbagai penjuru. Tak hanya di bidang teknologi, dunia teater di Indonesia juga tak lepas dari kesadaran ini. Dengan sadar dan terbuka, dunia teater mengolah bermacam nilai estetika pada panggung, teknik pencahayaan, kostum, serta beragam naskah lakon yang dimainkan para aktor.

“Di berbagai pentas teater di tanah air, kisah-kisah tradisi berjalan beriringan dengan lakon-lakon yang datang dari Barat. Pergaulan yang melintas benua dan menyilang budaya, telah memberikan inspirasi dan semangat bagi teater di Indonesia untuk mengolah cipta dan kreasi,” ujar Butet Kartaredjasa.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.

Tagar:

This will close in 10 seconds