Cari dengan kata kunci

Teater Tigakoma Menampilkan Rumah Sakit Jiwa

teater-tigakoma-menampilkan-rumah-sakit-jiwa.jpg

Teater Tigakoma Menampilkan Rumah Sakit Jiwa

Kelompok Kajian Teater Tigakoma FKIP Universitas Muria Kudus yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation sukses mementaskan sebuah pertunjukan yang disutradarai M. Utomo Aji Putro (Aji Kojek) dengan lakon “RSJ (Rumah Sakit Jiwa)”.

Agenda Budaya

Kelompok Kajian Teater Tigakoma FKIP Universitas Muria Kudus yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation sukses mementaskan sebuah pertunjukan yang disutradarai M. Utomo Aji Putro (Aji Kojek) dengan lakon “RSJ (Rumah Sakit Jiwa)”. Naskah ini merupakan karya seniman teater yang juga terkenal sebagai Sutradara Teater Koma, yakni Nano Riantiarno. Pentas Produksi ke-13 Teater Tigakoma dipentaskan pada tanggal 24-25 April 2018 di Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK), dan tanggal 4 Mei 2018 di Gedung Student Center Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.

Naskah RSJ mengisahkan tentang seorang dokter baru bernama Rogusta di sebuah RSJ yang telah beroperasi selama kurang lebih 27 tahun dengan menerapkan model-model terapi yang sangat tidak manusiawi. Dia berusaha mencegah perlakuan yang menimbulkan rasa takut, yang justru membuat pasien tidak stabil dan mengalami kegilaan yang semakin lengkap. Akan tetapi, Profesor Dr. Sidarita, sang Direktur RSJ, curiga dan merasa kekuasaannya sedang terancam oleh kritikan dr. Rogusta. Dua asisten senior Sidarita, dr. Murdiwan dan dr. Tunggul, juga merasa disaingi oleh Rogusta, lantas mereka merancang siasat agar Rogusta tersingkir.

Dalam lakon panggung teater ini juga disebutkan cerita tentang kekuasaan dan fenomena sakit jiwa yang dikondisikan. Juga cerita tentang Nyonya Masinah, pemilik yayasan RSJ dan kisah perlawanan Rogusta menghadapi sistem RSJ yang sudah sangat mapan dan tertata.

Pemilihan lakon berjudul RSJ ini didasari oleh rasa penasaran mengenai fenomena penyakit jiwa yang sering dialami manusia. Selain itu, meski naskah yang untuk pertama kali diketik pada tahun 1991, kemudian dipentaskan pertama kali oleh Teater Koma pada 1992 ini ternyata masih relevan, dan mampu mencerminkan potret perkembangan masyarakat pada saat ini.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.

Tagar:

This will close in 10 seconds