Cari dengan kata kunci

Tembok-Berlin-Kota-Sorong1290.jpg

Malam Minggu di Tembok Berlin Kota Sorong

Sayup-sayup terdengar alunan lagu reggae milik Bob Marley dari kejauhan. Tak ada wanita, tak ada tangis seolah mengerti temaram senja yang akan segera dapat dinikmati. Satu set sound system lengkap sedang dipersiapkan untuk menyambut malam minggu di Kota Sorong, Papua Barat. Angin pun berhembus dengan sejuk semilir, mengikuti hentakan lagu yang semarakkan akhir minggu.

Pariwisata

“No Woman No Cry…No Woman No Cry….”

Sayup-sayup terdengar alunan lagu reggae milik Bob Marley dari kejauhan. Tak ada wanita, tak ada tangis seolah mengerti temaram senja yang akan segera dapat dinikmati. Satu set sound system lengkap sedang dipersiapkan untuk menyambut malam minggu di Kota Sorong, Papua Barat. Angin pun berhembus dengan sejuk semilir, mengikuti hentakan lagu yang semarakkan akhir minggu. Muda-mudi semakin banyak berdatangan ke pantai paling terkenal di Sorong ini, padahal matahari masih bersinar dari arah barat. Inilah Pantai Dofior atau yang biasa dikenal sebagai Tembok Berlin kala menyambut tenggelamnya matahari di ufuk barat.

Wilayah Pantai Dofior yang lebih dikenal sebagai tembok Berlin adalah pusat keramaian dan hiburan favorit bagi masyarakat kota Sorong. Pantai ini disebut tembok Berlin bukan karena memiliki tembok seperti di Jerman, tetapi karena keberadaan sebuah tembok setinggi 1,5 meter yang terbentang di sepanjang wilayah pantai sejauh 1 kilometer. Tembok ini adalah pembatas antara pantai dan jalan raya serta berfungsi sebagai penahan air laut agar tidak memasuki area jalan raya.

Sore di Tembok Berlin kala itu memang sangat ramai, mengingat cuaca begitu cerah dan ini berarti prosesi matahari tenggelam pun dapat dinikmati dari bibir pantai. Masyarakat yang umumnya pasangan-pasangan muda pun mulai duduk di atas tembok Berlin bersiap untuk menikmati anugerah matahari tenggelam yang begitu indah. Tembok ini dapat diduduki karena punya lebar sekitar 1 meter dan sangat mungkin untuk duduk di atasnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 WIT, ini adalah waktunya bagi sang mentari untuk bergeser ke wilayah bumi yang lain. Pemandangan yang elok pun tidak dapat terhindarkan. Jingga dan bulatnya matahari begitu tampak jelas perlahan bergerak seolah tenggelam di batas cakrawala. Sang mentari merasuk masuk diantara bayangan kapal yang berlabuh dan pulau-pulau di sekitar kota Sorong. Kini langit pun bersiap menyambut sang bulan.

Semakin malam, wilayah tembok berlin pun semakin ramai. Lampu-lampu gemerlap memantulkan cahayanya di air laut yang terus menghempas lembut. Suara ombak yang riuh bergemuruh melengkapi suasana romantis malam minggu itu. Para pedagang makanan semakin banyak membuka lapak dagangannya. Mulai dari warung makan, penjual gorengan, hingga penjaja bensin eceran berjajar rapi di sepanjang tembok berlin yang berbatasan dengan jalan raya. Masyarakat pun semakin banyak yang datang dan mulai menghibur diri dengan suasana Tembok Berlin di malam minggu.

Ramainya tembok ini akan terus bertahan hingga lewat tengah malam. Bahkan bila malam Minggu seperti ini, masyarakat Sorong akan bertahan menikmati malam hingga dini hari menjelang. Kini, hari pun semakin larut, suasana berangsur sepi dan suara lagu-lagu reggae Bob Marley perlahan hilang. Namun tetap tidak dapat dipungkiri, bahwa Tembok Berlin merupakan pusat keramaian sekaligus rekreasi malam bagi masyarakat kota Sorong. [@phosphone/IndonesiaKaya]

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds